jpnn.com, JAKARTA - Pendongeng yang kerap menggunakan alat peraga dari berbagai barang yang ada di sekitar rumah, PM.Toh memperlihatkan kepiawaiannya dalam berkisah di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Bukit Duri Bercerita, Minggu pagi-siang (13/10/2024).
PM Toh yang bernama asli Agus Nuramal dengan gaya khasnya bercerita, bukan saja menghibur, tetapi memberi inspirasi mudahnya mendongeng dengan bantuan benda-benda yang ada di sekitar rumah.
BACA JUGA: Semarakkan Literasi di Masyarakat, TBM Bukit Duri Bercerita Gelar Baca Nyaring
Dalam acara bertajuk “Loka Karya Mendongeng” itu sekitar 50 ibu-ibu yang tinggal di kawasan Bukit Duri Tanjakan, Tebet, Jakarta Selatan, beberapa pegiat literasi, sukarelawan, dan dosen dari Akademi Televisi Indonesia –Institut Media Digital Emtek (ATVI-INDE), hadir dan bahkan ikut berinteraksi dalam dongeng bertema ‘ibu yang bekerja di dalam rumah’ yang dibawakan PM Toh.
Kisah yang diangkat PM Toh mengenai seorang ibu yang bekerja di dalam rumah. Rumahnya di dalam selembar daun.
BACA JUGA: Berkunjung ke Qatar Selama Sepekan, Delegasi Forum TBM DKI Mengukir Prestasi Luar Biasa
Dimulai dari matahari pagi yang bersinar disambit oleh ibu dengan membuka jendela daun. Tujuannya agar sinar surya dapat memasuki sel daun yang akan digunakan sebagai energi untuk memanaskan air buat sekeluarga sehingga dapat menikmati sarapan pagi dengan hati gembira.
Rumah yang digambarkan PM Toh dalam mendongeng sengaja dibuat dan dirakit sendiri dan dibawa ke TBM Bukit Duri Bercerita.
BACA JUGA: TBM Bukit Duri Bercerita Gelar Buka Puasa Bersama dan Pertunjukan Sulap, Seru Banget
Rumah dalam selembar daun itu diletakkan di sebuah meja dan PM Toh duduk di belakangnya sambil bercerita dan memperlihatkan sejumlah peralatan di jendela rumah, mirip seorang dalang yang memainkan anak wayang.
PM Toh menegaskan cerita rumah di dalam daun. Intinya adalah proses foto sintesis dalam selembar daun yang didongengkan dengan imajinatif menggunakan alat-alat rumah dan mainan anak.
Dia berharap cerita yang dibawakannya dapat membuka imajinasi ibu dan anak untuk memahami fenomena ilmu pengetahuan dengan pendekatan yang jenaka.
“Hari Minggu ini saya merasa sangat berbahagia karena telah mendongeng di hadapan ibu ibu daerah Bukit Duri Tanjakan, tepatnya di TBM Bukit Duri Bercerita. Ada juga dosen dan pegiat literasi. Suasana sangat riuh tanda mereka menyukai apa yang saya kisahkan. Wah bukan main meriah ibu-ibu tertawa lepas selepas-lepasnya,” kata PM Toh.
Hampir tiga jam PM Toh mendongeng dan berinterkasi bahkan mengajak peserta untuk membawakan satu cerita dengan bantuan satu alat dongeng yang dibawakannnya selama 1-2 menit.
Yang membuat PM Toh senang dan tertawa karena ibu-ibu berani tampil di depan sambil bercerita dan mengikuti irama yang diucapkanya.
Hadirin pun tertawa melihat beberapa ibu berkisah.
Kedepankan Rasa
Dari tuan rumah penyelenggara kegiatan penguatan komunitas penggerak literasi, PM Toh juga mengungkapkan kesannya.
“Sementara tuan rumah TBM Bukit Duri Bercerita, Pak Suradi dan Ibu Ning atau Kak Ning Nong tak henti-hentinya sibuk melayani ini itu. Sepanjang saya melantunkan cerita terasa juga oleh saya betapa komunitas baca ini telah mengkedepankan rasa dalam pelaksanaan kegiatan mereka. Ya rasa itulah yang penting. Rasa berteman, rasa bersaudara, rasa bertetangga, rasa kreatif. Kenapa rasa itu penting? Karena yang menjadi alat dan sekaligus tujuan,” ungkap PM Toh.
Lebih lanjut, PM Toh mengatakan dari sebuah kegiatan tujuan yang ingin dicapai adalah perasaan senang bahagia. Kalau Hal ini sudah dicapai, sudah berasa maka misi intinya akan bergelinding dengan benar, yakni membaca buku.
“Dan, saya telah mendapatkan rasa itu tadi di TBM Bukit Duri Bercerita,” katanya.
PM Toh tidak segera pulang sehabis mendoeng. Ia bersama dosen ATVI-IMDE, pegiat literasi dan relawan, berbincang ringan tentang kegiatan literasi sambil menikmati kopi dan makanan ringan.
Meski demikian, rupanya PM Toh memperhatikan apa yang dilakukan anak-anak yang ikut juga bersama ibunya, anak-anak yang biasa berkegiatan di TBM Bukit Duri Bercerita.
“Bukan saja orang tua, namun anak-anak juga mendapatkan kenyamanan di situ. Apa saja yang ada di dalam TBM seperti buku, papan tulis, boneka, mainan anak lainnya bisa sesuka hati mereka pergunakan. Seterusnya anak-anak itu paham untuk meletakkan kembali dengan rapih barang-barang yang barusan mereka pergunakan. Saya sendiri telah mengujinya dengan membiarkan properti pertunjukan saya dimainkan oleh anak. Dan mereka menaruhnya kembali di tempatnya,” kesan PM Toh.
Jadi, kata PM Toh, TBM Bukit Duri adalah sebuah rumah surga bagi orang tua, ibu, dan anak di kawasan Bukit Duri Tanjakan. Surga ilmu pengetahuan, kreativitas seni serta surge rasa nyaman.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari