jpnn.com, MAKASSAR - Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Makassar Dawita Rama mengatakan Pemilu 2024 harus menjadi momentum untuk menebar kebaikan dalam bingkai persaudaraan.
“Oleh karena itu, kami menolak keras aksi kekerasan dan berbagai narasi di media sosial yang menimbulkan kebencian terhadap sesama seperti hoaks. Kita semua adalah bersaudara dari Sabang sampai Merauke,” ujar Dawita Rama saat menyampaikan salah satu bagian Memorandum Akhir Tahun PMKRI Cabang Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (31/12/2023).
BACA JUGA: Khawatir Orba Terulang, PMKRI Menuntut Oknum TNI Pelaku Pengeroyokan Ditangkap
Dawita mengajak kader PMKRI merefleksikan perjalanan selama tahun 2023 dan bersiap menyongsong tahun baru 2024 dengan penuh sukacita dan semangat persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Lebih lanjut, Dawita menegaskan posisi organisasi yang dipimpinnya bersikap netral pada Pemilu 2024.
BACA JUGA: PP PMKRI Jajaki Kerja Sama Bidang Hukum dengan Peradi
Namun, kata dia, PMKRI juga sebagai berperan sebagai pemantau dan berkomitmen dalam upaya mewujudkan pemilu damai, jujur, bebas, langsung dan rahasia.
“Sebagai warga negara yang baik, anggota PMKRI sejatinya menggunakan hak pilihnya pada Pemilu mendatang,” ujar Dawita yang juga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Bosowo ini.
BACA JUGA: Eks Sekjen PP PMKRI Mervin Komber Resmi Bergabung di PDIP
Lindungi Kaum Miskin
Dawita mengatakan politik menjadi sarana pengaturan pelayanan kepada masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
Menurut Dawita, pemerintah harus melaksanakan tugas sebagai pelayanan masyarakat.
“Praktik politik semestinya berorentasi untuk memberikan perlindungan kepada kaum miskin, kelompok yang lemah dan sarana menegakkan kebenaran dan keadilan,” tegas Dawita.
Dia juga mengingatkan kebiasaan berpolitik secara sehat selayaknya dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan. Sebab, politik merupakan investasi kepercayaan yang harus dijaga dan dirawat penuh keadaban.
Dawita juga menyoroti masih maraknya praktik politik uang dalam setiap Pilkada, Pemilu legislatif dan Pilpres.
“Membangun politik yang sehat adalah mengembalikan kepercayaan publik melalui keteladanan para pemimpin dan wakil rakyat,” ujar Dawita.
Pengelolaan Sampah
PMKRI dalam bagian lain memorandum akhir tahunnya juga menyoroti sejumlah masalah di antaranya masalah sampah, kesehatan dan pengeleloan lingkungan hidup termasuk soal target Sustainable Development Goals (SDGs).
Menurut Dawita, persoalan sampah tidak pernah berhenti dari lingkaran diskusi. Di tingkat global, Indonesia merupakan salah satu negara yang penanganan sampah sangat buruk.
Data Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyebutkan Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.
Terdapat 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola. Buruknya lagi, terdapat 1,29 juta ton dari sampah tersebut berakhir begitu saja di laut.
Data yang diperoleh dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mengatakan pada tahun 2022, rata-rata jumlah sampah tahunan di Indonesia mencapai 34,9 juta ton dengan rata-rata jumlah sampah harian sebesar 95,500 ton.
Berdasarkan komposisi jenis sampah pada tahun 2022 bahwa sampah sisa makanan merupakan penyuplai terbesar dengan jumlah sekitar 40,21 persen.
Sampah plastik menjadi penyuplai terbesar kedua dengan jumlah 18,09 persen dan kertas/karton sebesar 11,3 persen.
Jika dibandingkan dengan tahun 2021 dengan komposisi jenis sampah sisa makanan sebesar 38,94 persen, sampah plastik sebesar 17,76 persen dan sampah kertas sebesar 11,76 persen.
“Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2021 sampai 2022 terjadi peningkatan komposisi sampah dari sisa makanan,” ujar Dawita.
Menurut Dawita, komposisi sampah plastik terjadi penurunan. Kemudian untuk sampah kertas berkurang.
Dia menyebut sumber sampah terbesar secara nasional berasal dari rumah tangga sebesar 38,35 persen, disusul sanpah dari pasar dengan jumlah 27,6 persen.
Presentase Sampah di Sulsel
Dawita juga memaparkan tentang presentase sampah di Sulawesi Selatan.
Untuk Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2021, komposisi sampah sisa makanan sebesar 45,14 persen, disusul sampah kertas sebesar 13,49 persen dan sampah plastik 13,04 persen.
Sedangkan di tahun 2022 sampah sisa makanan 42,79 persen. Sampah kertas sebesar 14,93 persen dan sampah plastik 13,49 persen. Hal ini berdasarkan data sistem infrmasi pengelolahn sampah nasional.
“Jadi, terjadi penurunan terhadap kategori sampah sisa makanan. Sampah kertas mengalami peningkatan kemudian terjadi stagnan (jalan di tempat) dan sampah plastik juga mengalami peningkatan,” ujar Dawita.
Pada bagian lain, Dawita Laudato Si yaitu ekseklik yang diterbitkan Paus Fransikusi sebagai Spirit Kelestarian Bumi.
Menurut Dawita, Paus Fransiskus dalam ekseklik tersebut mengajak dan mengingatkan umat manusia untuk peduli terhadap alam semesta.
Laudato Si’ juga berisi kecaman keras atas tindakan-tindakan manusia yang merusak lingkungan hidup.
Ensiklik tersebut juga menekankan pentingnya gerakan untuk merawat bumi sebagai rumah bersama.
“Seruan ini merupakan panggilan hidup dan menggerakkan semua pihak untuk melakukan sesuatu demi kelestarian bumi,” ujar Dawita.(fri/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari