Pneumonia, Penyakit Pernapasan yang Sering Dianggap Sebagai Flu Biasa

Kamis, 05 November 2020 – 16:40 WIB
Ilustrasi logo Pneumonia. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - PNEUMONIA adalah infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru.

Bakteri, virus, dan jamur menyebabkannya. Pneumonia bisa menyerang siapa saja, dan gejalanya sering disalahartikan sebagai pilek, seperti demam, batuk, dan kehilangan nafsu makan.

BACA JUGA: Simak! Ini Ciri-Ciri Umum Penyakit Pneumonia yang Disebabkan Virus Corona

Padahal, menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Nastiti Kaswandani, selain gejala itu, penderita juga bisa mengalami sesak napas.

Kemudian, berbeda dari pilek ataupun flu, napas penderita bisa tampak sangat cepat dari biasanya.

BACA JUGA: Diare dan Pneumonia Ancam Nyawa Anak-Anak

" Curigai pneumonia kalau gejalanya berlanjut, yakni demam 2-3 hari," ujar dia dalam talk show virtual bertema "Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi", Kamis.

" Tanda penting lainnya, anak terlihat napasnya lebih cepat dari biasanya, sesak napas," jelas Nastiti.

BACA JUGA: Waspada Pneumonia, Awasi Napas Anak

Nastiti mengatakan, ketika gejala seperti ini muncul, segeralah membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dini dan menyelamatkan nyawanya.

Pneumonia terjadi akibat peradangan pada kantong udara (alveoli) di paru-paru karena infeksi bakteri, virus dan jamur.

Namun yang paling umum bakteri Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), sehingga menyebabkan kantong udara itu terisi dengan cairan dan nanah.

Akibatnya, selain mengalami kesulitan bernapas, penderita juga bisa mengalami berbagai komplikasi serius.

Mulai dari abses paru-paru, infeksi darah atau sepsis, gagal organ hingga kematian. Perjalanan gejala ini biasanya berlangsung kurang dari 14 hari.

" Paru organ penting untuk pertukaran oksigen, kalau ada gangguan di jaringan paru, terisi sel radang, maka fungsi pertukaran oksigen bisa terganggu dan anak bisa kekurangan oksigen," tambah Nastiti.

" Kalau tidak ditangani bisa menyebabkan kematian," papar Nastiti.

Bakteri pneumococcus sendiri berpindah melalui udara, misalnya ketika batuk atau bersin, darah atau permukaan terkontaminasi.

Untuk melindungi diri dan infeksi bakteri ini, penerapan perilaku hidup bersih, termasuk mencuci tangan dengan sabun dan menjaga sistem imun tubuh menjadi kunci penting.

Selain itu, bisa juga dengan imunisasi PCV (pneumococcal conjugate vaccine).

Imunisasi ini bisa mulai diberikan pada balita di bawah usia 2 tahun hingga lansia berusia di atas 50 tahun.

Kemudian, untuk menentukan jadwal imunisasi yang tepat, Anda perlu berkonsultasi dulu dengan dokter.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Siti Nadia Tarmizi menuturkan, pemerintah berkomitmen mencegah anak-anak di Indonesia meninggal karena penyakit khusus pneumonia.

Untuk itu, pemantauan kasus-kasus pneumonia pada anak yang ditemukan di puksesmas, klinik maupun rumah sakit terus dilakukan.

Sembari mengintervensi pada kasus, sehingga tak menjadi kejadian luar biasa (KLB).

" Jangan sampai KLB pneumonia, segera temukan dini kasus pneumonia melalui tools Manajemen Terpadu Balita Sakit (MBTS) untuk mendeteksi dini pneumonia di fasilitas pelayanan kesehatan," tutur dia.

Selain itu, Nadia juga mengimbau orang tua untuk memperhatikan kualitas gizi anak sejak dalam kandungan.

Sehingga anak lahir dalam keadaan berat badan lahir cukup dan penuhi jadwal imunisasinya.

Kurang gizi, anak lahir dengan berat badan kurang, tidak mendapatkan ASI eksklusif, ditambah imunisasi tak lengkap.

Serta paparan asap rokok diketahui merupakan faktor risiko seseorang termasuk anak terkena pneumonia.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler