"Kami menanamkan efisiensi seperti penggunaan amplop bisa didaur ulang (dipakai berulang kali, Red)," kata Dada usai pembukaan Simposium Reptech 2012 di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang, kemarin (20/11).
Dada mengatakan, selama ini untuk mengadakan satu ton kertas diperlukan 3.000 pohon. Dengan demikian, Dada memandang, harus ada upaya penanaman pohon kembali. Dengan begitu, harga kertas yang terus meroket akan bisa terselesaikan. "Memang Bandung hanya sebagai pemakai, karena di Bandung belum ada pohon yang dapat dijadikan kertas," kata Dada.
Sementara itu, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Anwarudin, biaya produksi kertas yang mahal akan berimbas banyak pada penerbit, khususnya buku pelajaran sekolah. Untuk itu upaya daur ulang pun masih perlu dikaji oleh pemerintah dan dinas-dinas terkait. "Untuk sekarang kebijakan daur ulang belum ada sinergi dari pemangku kebijakan," kata Anwarudin.
Anwarudin mengatakan dari 120 anggota IKAPI masih membutuhkan pengadaan proyek buku. Untuk rata-rata pertahun nya kebutuhan itu semakin meningkat. Namun untuk penerbitan sendiri masih sulit untuk mempromosikannya.
"Kalau kondisinya seperti ini upaya daur ulang buku tidak memungkinkan. Karena buku kan tebal apalagi kita harus melihat dari segi isinya juga," katanya. Mengenai kenaikan harga buku Anwarudin mengatakan belum ada perubahan. "Dari tahun lalu hingga tahun ini masih stagnan," pungkasnya. (mg3)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Daging Sapi Langka dan Mahal
Redaktur : Tim Redaksi