jpnn.com, CHEKKA - Kota Chekka di Lebanon pada Senin (16/12) menyalakan sebuah pohon Natal yang diperkirakan akan memecahkan Rekor Dunia Guinness sebagai pohon Natal terbesar dari botol plastik.
Pohon Natal setinggi 28,5 meter itu dibuat dari 129.000 botol plastik bekas dalam waktu 20 hari dengan bantuan para penduduk desa serta anggota pramuka setempat. Sebelumnya, botol-botol plastik ini dikumpulkan selama sekitar delapan bulan lewat bantuan jejaring media sosial.
BACA JUGA: Wonderful Holiday, Aktivitas Seru Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
"Saya sangat senang saat pertama kali memulai proyek ini karena memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya melestarikan lingkungan dengan menyelamatkannya dari botol plastik sebanyak ini," ujar Caroline Chabtini, pencetus proyek tersebut, kepada Xinhua.
Chabtini menuturkan bahwa dirinya menggunakan media sosial untuk meminta orang-orang tidak membuang botol plastik mereka. Di luar dugaan, lebih dari 129.000 botol plastik berhasil terkumpul, jauh melampaui jumlah yang dibutuhkan untuk memecahkan rekor Meksiko.
BACA JUGA: Pohon Natal Lebih Cantik dengan Kimekomi
Pada 2018, Meksiko memecahkan Rekor Dunia Guinness untuk pohon Natal terbesar dari botol plastik yang dibangun menggunakan 98.000 botol plastik bekas dengan bobot total 22 ton. Proyek tersebut merupakan bagian dari kampanye peduli lingkungan yang digagas Pemerintah Negara Bagian Aguascalientes, Meksiko.
Menurut Chabtini, pohon Natal itu akan tetap berdiri selama satu setengah bulan, sebelum botol-botol plastik itu nantinya dikirim ke pabrik daur ulang di Amioun, Lebanon utara.
BACA JUGA: Oh Cantiknya, Pohon Natal Dari Botol Bekas
"Rekor Dunia Guinness meminta saya mengirimkan bukti untuk memecahkan rekor sebelumnya," ungkapnya.
Para pendukung Chabtini menyampaikan antusiasme mereka terhadap proyek baru tersebut dan tujuan pembuatannya.
"Kami sangat senang bisa membantu Caroline mendirikan pohon Natal ini, karena memiliki tujuan lingkungan yang merupakan salah satu prioritas kami," kata Dani Mahfouz, Asisten Ketua Pramuka di Chekka, kepada Xinhua.
Sementara itu, Youssef El Sheikh, seorang relawan, mengatakan dirinya siap untuk membantu Caroline dalam proyek-proyek lainnya di masa mendatang, seraya menyerukan agar semua warga mulai memilah sampah untuk menyelamatkan negara itu dari polusi yang lebih buruk lagi.
Alexander Kfoury, seorang relawan lainnya, menyampaikan kepuasannya atas manfaat dari proyek tersebut. Dia mengatakan bahwa uang hasil daur ulang botol-botol plastik itu akan disumbangkan ke Palang Merah.
"Selain itu, karya besar ini telah mengumpulkan kami di desa dan membuat kami bekerja sebagai tim," ujarnya.
Lebanon mengalami krisis sampah yang serius sejak 2015 setelah pemerintahan saat ini gagal menemukan solusi komprehensif dan efektif untuk masalah sampah yang menyebabkan tingkat pencemaran di negara itu meningkat, dan berujung pada bertambahnya kasus kanker di antara warga. (Xinhua/ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil