Polda Metro Bentuk Timsus Antibegal, ART Sentil Tim Patroli Perintis Presisi

Jumat, 17 Mei 2024 – 20:03 WIB
Anggota DPD RI Dapil Sulteng Abdul Rachman Thaha (ART). Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPD RI Abdul Rachman Thaha menyoroti langkah Ditreskrimum Polda Metro Jaya membentuk Timsus Antibegal merespons maraknya aksi pembegalan di wilayah hukumnya.

Terlebih setelah seorang calon siswa (casis) Bintara Polri bernama Satrio Mukti Raharjo (18) menjadi korban begal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

BACA JUGA: Kapolri Beri Penghargaan ke Casis Bintara yang Jarinya Putus Dibegal

Namun, pembentukan Timsus Antibegal itu justru dipertanyakan senator yang beken disapa dengan inisial ART itu.

"Lha, bagaimana toh ini? Padahal, tahun lalu Kabaharkam Polri, Fadil Imran, meresmikan Tim Patroli Perintis Presisi (TPPP) untuk seluruh satuan di wilayah Polda," ujar ART di Jakarta, Jumat (17/5).

BACA JUGA: Melawan Petugas, Pelaku Begal Casis Bintara Polri Ditembak Mati, Ada Luka di Dada

Dia menyebut dengan pembentukan TPPP itu, seharusnya tidak ada lagi tim-tim dadakan bernama angker seperti yang acap unjuk kebolehan di program-program televisi.

"Karena TPPP disebut-sebut fokus pada pencegahan, maka pembentukan tim baru oleh Polda Metro Jaya menyiratkan betapa tidak efektifnya TPPP," lanjut dia.

BACA JUGA: Seorang Ayah di Tangerang Tewas Dibunuh Anak Kandung

Senator asal Sulawesi Tengah (Sulteng) itu lantas menyinggung kejadian November-Desember 2020, ketika TNI turun tangan di  Petamburan dan sekitarnya.

"Itu berlangsung menyusul situasi yang dinarasikan mencekam dan segala macamnya di ibu kota. Dalam ukuran saya, operasi semacam itu tergolong offside. Tetapi 'sudahlah', yang lalu biarlah berlalu," tuturnya.

Menyikapi maraknya aksi pembegalan akhir-akhir ini, ART justru mendorong Polri bersama TNI duduk bersama.

"Cobalah Polri dan TNI  berembuk ulang. Begal-begal brengsek itu sekarang mau diapakan?" ujarnya.

Sebab, dia menilai bila sekadar diperingatkan, para begal sudah kebal. Diproses hukum, mekanismenya lama.

"Didiversi, begal malah bikin makan hati berulam jantung. Buktinya, mereka kambuh lagi. Dihakimi massa, lha justru masyarakat kini mulai terjangkiti fear of crime," tutur ART.

Mantan aktivis HMI ini bahkan menilai para pelaku begal sudah tidak mempan lagi diperingatkan. Bahkan, dia berpendapat pelaku kejahatan jalanan itu sudah tidak perlu lagi diberi peringatan.

"Memang, nantinya bisa saja ada yang nyinyir buka suara tentang HAM. Ah, melindungi masyarakat tentu harus diutamakan. HAM warga yang ingin hidup tentram, yang jumlahnya jauh lebih banyak, pastinya lebih penting ketimbang HAM-nya tukang bikin onar," ujar ART.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler