jpnn.com, SURABAYA - Lembaga Riset Politik Surabaya Consulting Group (SCG) menilai publik berhak tahu lebih banyak soal polemik yang melibatkan Bupati Trenggalek Emil Dardak dan wakilnya Muhammad Nur Arifin (Ipin), yang bergulir dalam dua hari terakhir.
“Dramaturgi politik selalu menghadirkan panggung depan dan panggung belakang. Narasi di panggung depan soal polemik Mas Emil dan Mas Ipin hanyalah soal menyudutkan Mas Ipin yang tidak muncul ke publik Trenggalek beberapa hari ini, yang disebut seolah menghilang. Sepertinya itu plot yang ingin dibangun Mas Emil karena beliau sendiri yang memulai narasinya,” ujar Direktur Komunikasi Politik SCG Aprizaldi, Selasa (22/1).
BACA JUGA: Bahtiar Nilai Langkah Pakde Karwo Tegur Wabup Trenggalek Sudah Tepat
Cerita di panggung belakang sampai saat ini masih samar-samar. ”Padahal, justru yang di panggung belakang, backstage, itulah yang menarik diungkap, terutama untuk melacak ada manuver dan problem politik apa di antara dua pemimpin itu,” kata Aprizaldi.
Dia heran melihat Arifin cenderung diam menyikapi polemik tersebut. Diamnya Arifin bisa dimaknai dalam dua tafsir politik. Pertama, sebagai bentuk kesantunan berpolitik karena Arifin memang bawahan Emil.
BACA JUGA: Innalillahi, Adik Kandung Emil Dardak Meninggal Dunia
“Mas Ipin dikenal sebagai santri, aktif di Ansor Jatim. Tradisi santri selalu taat kepada seniornya. Sikap diamnya bisa dimaknai bahwa dia menghormati Mas Emil sebagai senior dan atasan, sehingga tak mau berpolemik terbuka,” ujarnya.
Tafsir kedua, sambung Aprizaldi, adalah ada unsur politik di balik sikap diam dan menepinya Arifin dari hiruk-pikuk polemik tersebut.
BACA JUGA: Emil Pastikan Sekolah Swasta juga Dikucur Bosda Jatim Cerdas
”Kalau melihat rekam jejak Mas Ipin, dia bukan orang yang lari dari tugas. Hampir tiap hari dia bikin program Lapor Rakyat untuk mengabarkan kerjanya. Publik juga mengenal dia sebagai sosok muda tangguh yang memulai perjuangan politiknya dari bawah, dari nol, tanpa membawa orang tua atau patron tertentu. Jadi menarik untuk tahu ada apa di balik sikap Mas Ipin,” tutur Aprizaldi.
Besar kemungkinan, papar Aprizaldi, ada tekanan-tekanan politik terkait penunjukan wabup baru setelah Arifin naik jabatan menjadi bupati seiring dilantiknya Emil Dardak sebagai wagub Jatim.
”Ada rumor politik bahwa Ipin ditekan pihak tertentu untuk menerima sosok wabup baru. Kabarnya sosok itu adalah kepala dinas. Padahal, sebagai bupati nanti, Mas Ipin perlu orang sehati untuk membangun Trenggalek. Sehingga perlu berbicara dari hati ke hati. Bukan hasil tekanan dan titipan. Nah, ketika ada tekanan, Ipin rupanya memilih menepi karena dia tak mau berpolemik terbuka, apalagi dengan pihak yang dianggap senior,” ujarnya. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadiri Peringatan Milad Muhammadiyah, Emil Sampaikan ini
Redaktur : Tim Redaksi