jpnn.com, JAKARTA - Aksi unjuk rasa menolak pengesahan Undang-undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja pada Selasa (13/10) kemarin berujung ricuh.
Mirisnya dalam aksi tersebut ada 5 orang anak SD turut diamankan. Sebab, para bocah tersebut melakukan tindakan anarkistis saat massa aksi membubarkan diri.
"Ada 5 anak SD umurnya 10 tahun," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan pada Rabu (14/10).
Mantan Kapolres Tanjungpinang itu mengatakan saat ditanya penyidik, anak-anak itu mengaku diundang dan diajak dari media sosial.
"Sama mereka menyampaikan diundang dan diajak," kata Yusri.
Diketahui, Polisi mengamankan 1.377 orang yang diduga perusuh dalam aksi unjuk rasa menolak pengesahan Undang-undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (13/10) kemarin.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan ribuan orang diamankan itu merupakan akumulasi dari seluruh wilayah hukum Polda Metro Jaya.
Mantan Kapolres Tanjungpinang itu mengaku 75-80 persen merupakan anak sekolah.
Dia memerinci, 800 anak sekolah, 5 anak SD berumur 10 Tahun, sisanya remaja dan pengangguran dan buruh.
"Ada 1.377 yang kami amankan baik sebelum unjuk rasa dan pasca unjuk rasa yg terjadi adanya bentrokan. 1.377 ini dievaluasi hampir 75-80 persen anak sekolah, kurang lebih 800 anak sekolah dan bahkan ada 5 anak SD umurnya 10 tahun. Sisanya pengangguran banyak, mahasiswa, dan buruh," ujar Yusri Yunus.
Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 itu mengatakan aksi yang berlangsung kemarin di sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat, secara umum berlangsung aman dan tertib.
"Demo atau berunjuk rasa tersebut berjalan dengan aman dan tertib mulai sejak siang hari pukul 13.00 Wib yang memang kami ketahui bersama dan kami lihat juga bahwa sekitar pukul 16.00 Wib unjuk rasa itu sudah berakhir dan sudah kembali dan alhamdulillah berjalan dengan baik," pungkas Yusri Yunus. (mcr3/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Demo FPI, Adian Lebih Bijak dari Prabowo, Grup WA KAMI Bikin Kaget
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama