Otoritas China dilaporkan telah menahan lebih dari 100 anggota gereja Kristen yang tidak terdaftar dan pendeta ternama mereka, seiring terus berlanjutnya langkah penertiban yang dilakukan Partai Komunis China terhadap agama yang terorganisasi.
Polisi China dilaporkan telah menggerebek rumah-rumah jemaat Gereja Perjanjian Hujan Awal (Early Rain Covenant) di kota Chengdu pada Minggu (9/12/2018) malam, termasuk rumah pemimpinnya yang kritis, pendeta Protestan, Wang Yi.
BACA JUGA: Netizen Tanggapi Beragam Kemungkinan Bebasnya Ahok Januari 2019
Harian The South China Morning Post melaporkan otoritas China juga telah memblokir akun media sosial anggota gereja tersebut selama berlangsungnya penggerebekan, dan memutus saluran telepon di gereja itu.
Gereja Early Rain Covenant mengatakan di halaman Facebooknya bahwa jumlah jemaat gereja mereka yang ditahan semakin bertambah pasca penggerebekan lanjutan yang dilakukan pada Senin dan Selasa pagi, dan menuduh polisi China telah melakukan penyerangan secara fisik kepada beberapa jamaah dan menginjak kaki mereka.
BACA JUGA: Terinspirasi ISIS, Remaja Australia Dijatuhi Hukuman 12 Tahun Penjara
Pendeta Wang Yi dan istrinya tetap ditahan, meskipun beberapa pemimpin gereja senior lainnya telah dibebaskan tetapi masih terus diawasi di rumah mereka.
Enhui Cao, seorang anggota Gereja Early Rain Covenant yang juga seorang guru di sekolah dasar milik gereja itu, mengatakan kepada ABC bahwa penggerebekan bisa jadi merupakan buntuk dari kritik terbuka yang disampaikan Wang terhadap peraturan baru Pemerintah China tentang urusan agama.
BACA JUGA: Maskapai Penerbangan Australia Perketat Barang Bawaan Kabin
Photo: Pihak berwenang di China menertibkan agama-agama diantaranya dengan menyingkirkan salib dari gereja-gereja Kristen.
Peraturan-peraturan itu, yang mulai diberlakukan pada bulan Februari nanti, mengharuskan gereja yang dilangsungkan di rumah independen seperti yang dikelola Wang harus mendaftarkan diri secara resmi, untuk mendapat persetujuan atau ditolak oleh kader partai setempat.
"Sejauh menyangkut keyakinan, peraturan baru ini jahat; sejauh menyangkut konstitusi, mereka ilegal; sejauh menyangkut politik, mereka bodoh," tulis Wang awal tahun ini.
"Saya bermaksud untuk secara damai menolak legitimasi dan implementasi regulasi ini."
Gereja Early Rain Covenant mengatakan dalam pengumuman terakhirnya selasa (11/12/2018) sore ini bahwa mereka tidak tahu akan berapa lama rekan-rekan mereka akan ditahan dan tidak tahu apakah mereka diizinkan untuk memberi kabar terbaru mengenai kondisi mereka.'
"Kami seperti domba di tengah-tengah serigala, sementara polisi menggunakan mesin-mesin kekerasan dan cara-cara teknis untuk menangkap dan mengancam orang-orang Kristen yang lembut dan penuh kebajikan," tulis pernyataan itu.
Lebih dari 200 anggota gereja termasuk Wang juga telah ditahan pada bulan Mei lalu, ketika polisi menggerebek upacara peringatan yang mereka adakan untuk mengenang korban gempa bumi Sichuan 2008.'Perang' China melawan agama Photo: Pendeta ternama dari Gereja Protestan Perjanjian Hujan Awal, wang Yi, termasuk pemimpin yang kritis terhadap Pemerintah China. (Supplied)
Dalam sebuah khotbah di Early Rain Covenant Church yang diunggah di akun Facebook mereka dua minggu lalu, Wang mengkritik "perang" yang dilakukan China terhadap agama-agama di negaranya.
Dia juga menyinggung sejumlah kebijakan Pemerintah China terhadap di Tibet dan provinsi Xinjiang - dua topik yang sangat sensitif bagi para pejabat China.
China telah dituduh menahan hingga 1 juta etnis Uyghurs di "kamp pendidikan ulang" rahasia di Xinjiang.
"Para penguasa yang mengobarkan perang ini telah memilih sendiri musuh yang tidak pernah bisa dipenjara, musuh yang tidak pernah bisa dihancurkan, musuh yang tidak pernah bisa ditundukkan atau dikendalikan - yaitu, jiwa manusia," kata Wang.
"Karena itu, mereka ditakdirkan untuk kalah dalam perang ini, mereka ditakdirkan gagal."
Kebebasan individu untuk mempraktekkan agama secara resmi dijamin oleh konstitusi China, tetapi Partai Komunis China telah memperketat kontrol pada organisasi-organisasi keagamaan, untuk memastikan mereka tetap setia kepada partai.
Presiden China Xi Jinping juga mengatakan dia menghendaki agama-agama di China menjadi subjek 'sinifikasi' - sebuah proses yang bertujuan untuk memberikan agama asing seperti Islam dan Kristen "karakteristik China".
Seruan ini telah memicu para pejabat menyingkirkan bahkan membakar salib di gereja-gereja Kristen, dan menghancurkan kubah maupun simbol-simbol keagamaan lainnya di masjid.
Alkitab juga dilaporkan telah ditarik dari penjualan di toko buku online dan maupun platform belanja online awal tahun ini.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belanda Lakukan Banding Atas Kasus Penyiksaan Pejuang Indonesia di Tahun 1947