"Tawuran tersebut terjadi sebagai wujud eksistensi diri, baik individu, kelompok maupun labeling sekolah. Tapi belakangan ini tawuran pelajar terjadi hampir sepanjang tahun dan makin kental dengan tren kriminalnya," kata Neta, Rabu (26/9), menanggapi aksi tawuran yang bahkan menelan korban jiwa di Jakarta, tiga hari terakhir ini.
Dijelaskan Neta, para pelajar makin nekad membantai sesama pelajar lainnya. Menurutnya, ini terjadi akibat makin lemahnya pengawasan para pendidik terhadap anak didiknya dan lemahnya pengawasan orang tua terhadap anaknya. "Di sisi lain, lembaga pendidikan semakin miskin dengan even-even yang mampu membangun kebanggaan para pelajar," kata Neta.
Dia melanjutkan, hal ini diperparah dengan munculnya tren komersial di lembaga pendidikan. "Akibatnya para pelajar seakan kehilangan kendali," tegasnya.
Neta menambahkan, dalam kondisi seperti ini, memang sulit jika hanya berharap pada polisi untuk dapat mengendalikan tawuran pelajar.
Meski demikian, kata dia, mengingat tawuran pelajar sudah berubah menjadi pembantaian pelajar, polisi harus bersikap tegas dan cepat untuk menuntaskan kasus ini.
"Dengan cepatnya penuntasan kasus ini diharapkan akan membuat efek jera bagi pelajar untuk melakukan tindakan pembantaian, meski pun tawuran pelajar akan tetap sulit diatasi sepanjang sistem pendidikan kita masih seperti ini," kata Neta. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi, Seorang Siswa Tewas Akibat Tawuran
Redaktur : Tim Redaksi