jpnn.com - POLRESTABES Surabaya terus berusaha mengungkap kematian satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS). Mereka tidak mau lagi disebut lambat dalam penanganan kasus tersebut. Dengan demikian, berpotensi muncul banyak spekulasi terkait penyebab kematian satwa itu.
Namun, polisi tentu tak bisa bekerja dengan tangannya sendiri. Mereka juga butuh ahli kedokteran hewan dalam penyelidikan sejumlah kematian satwa itu. Maka, polisi berkoordinasi dengan dokter hewan Unair agar proses uji organ komodo yang mati di kandang pada Sabtu (1/2) dan kijang pada Jumat (31/1) dipercepat.
Wakasatreskrim Polrestabes Surabaya Kompol Hartoyo mengungkapkan, lama tidaknya uji lab itu memang wewenang dari kedokteran hewan Unair. Tapi, polisi telah berkomunikasi dengan mereka agar hasil uji organ tersebut bisa segera keluar. "Karena ini kan sudah jadi atensi. Diusahakan lebih cepat dari uji organ singa yang dulu," ungkap dia kemarin.
Khusus untuk kematian komodo dan kijang, polisi telah meminta uji toksikologi. Uji tersebut ditujukan untuk menemukan ada tidaknya kandungan racun atau bahan berbahaya pada organ satwa.
Untuk itu pada Sabtu pagi, polisi telah memintai keterangan petugas jaga atau keeper bernama Suradji. Tapi, polisi masih enggan menyebutkan informasi yang telah didapat dalam pemeriksaan itu.
Namun, Hartoyo mengungkapkan, salah satu yang menjadi atensi polisi adalah soal organ pencernaan komodo tersebut. Pada saat otopsi sesaat setelah evakuasi komodo itu, polisi cukup heran dengan kondisi perut komodo yang kosong. Tidak ada sisa makanan dalam lambungnya. Yang ada malah cacing. "Ada cacing di dalam lambungnya," sebutnya. (git/jun/end/mas)
BACA JUGA: KBS Minta Kematian Satwa Tak Dikaitkan Penertiban PKL
BACA ARTIKEL LAINNYA... Qanun Wajib Merujuk Aturan di Atasnya
Redaktur : Tim Redaksi