Polisi Militer Ikut Kejar Pelaku

Tersangka Penyerangan di RSPAD Bisa Bertambah

Senin, 27 Februari 2012 – 09:01 WIB

 JAKARTA - Insiden serangan maut yang menewaskan dua orang di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, (23/2) ikut menampar institusi militer. Betapa tidak, peristiwan tersebut terjadi di rumah sakit milik tentara. Karena itu, selain polisi, tim dari polisi militer Kodam Jaya juga ikut memburu para pelaku.

"Polisi militer membantu kepolisian karena memang kejadian juga berada di instansi militer," ujar Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul saat dihubungi kemarin. Terkait dengan jumlah personel yang dikerahkan, Iskandar menyatakan proporsional. "Detailnya silahkan cek ke Kodam," katanya.

Iskandar mengatakan, upaya memerangi premanisme tak semata-mata tanggung jawab kepolisian. Juga TNI. "Presiden sudah menugaskan agar ditumpas, itu juga komando untuk kami," katanya.    

Meski begitu, Pomdam akan menyerahkan penyidikan kasusnya ke pihak kepolisian. "Ini pidana umum, diatur dan ditangani oleh polisi," katanya.

Secara terpisah, Pangdam Jaya Mayjen Waris mengaku sudah menugaskan anak buahnya untuk maksimal membatu polisi mengungkap kasus ini. "Sudah saya perintahkan ke Pom agar beri bantuan semaksimal mungkin," katanya.

Mantan Komandan Paspampres ini menegaskan, premanisme tidak boleh tumbuh subur di ibukota. "Bagaimanapun Jakarta ini barometer keamanan nasional dan TNI juga punya tanggung jawab mengamankan," katanya.

Sejauh ini sudah 13 orang diperiksa di Polda Metro Jaya. Lima di antaranya ditetapkan sebagai tersangka. "Ada kemungkinan bertambah," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kemarin.

Alumnus Akpol 1988 itu menyebut, serangan dikoordinasi tersangka ET yang sudah ditangkap. Barang bukti yang berhasil diamankan dari penangkapan di Kampung Ambon yakni sebuah senjata api air soft gun, empat buah golok, lima parang, satu gunting, 24 anak panah, satu tombak, kemeja, recorder CCTV, dan stik isi senjata tajam.

Rikwanto menjelaskan, pemicu penyerangan berawal dari tersangka ET yang mempunyai urusan dengan ED soal utang piutang sabu sebesar Rp 280 juta. ED merupakan saudara ipar dari Stendly AY Wenno, salah seorang korban meninggal. Saat tiba di rumah duka, ET mengira ada ED di tempat tersebut. "Karena itu massa dimobilisasi untuk menyerang," katanya.

Aksi penyerangan yang terjadi sekitar pukul 01.30 itu menyebabkan dua orang meninggal akibat luka tusuk senjata tajam. Korban meninggal adalah Stendly Wenno dan Ricky Tutu Boy.

Rikwanto berterimakasih atas bantuan polisi militer melakukan pengusutan dan pengejaran terhadap pelaku. "Koordinasi yang harmonis membuat kasus ini segera bisa tuntas dan selesai," ujar mantan Kapolres Klaten itu. (rdl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Perampokan di Palu Didalangi Orang Luar Sulteng


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler