jpnn.com, KARAKAS - Juan Guaido mengakhiri April dengan unjuk rasa besar-besaran. Aksi massa pada Selasa (30/4) itu berakhir ricuh. Presiden Nicolas Maduro menganggap gerakan tersebut sebagai upaya kudeta yang gagal. Tanpa menggubris klaim itu, Guaido menyerukan demonstrasi berskala lebih besar pada Hari Buruh kemarin, Rabu (1/5).
''Kami sudah buktikan bahwa ada tentara yang bersedia mempertahankan konstitusi. Kami yakin jumlahnya lebih banyak,'' ujar Guaido, sebagaimana dilansir Agence France-Presse.
BACA JUGA: Fans Britney Spears Demo di Depan Balai Kota, Kenapa Ya?
Kalimat tersebut meluncur dari mulut tokoh 35 tahun itu dalam aksi Selasa. Merujuk rekaman audiovisual yang beredar di internet, Guaido berada di markas Angkatan Udara (AU) Venezuela di La Carlota, Karakas, saat menggelorakan aksi massa tersebut.
Guaido mengajak seluruh tentara di kompleks militer itu untuk bergabung dalam aksinya. Yang mengejutkan publik adalah pria yang mendampingi Guaido Selasa lalu itu. Dia adalah Leopoldo Lopez, ketua National Assembly.
BACA JUGA: Gandeng Rusia, Venezuela Akali Sanksi Amerika
Seharusnya pendiri Partai Popular Will tersebut tak meninggalkan rumahnya sampai 2028. Sebab, dia berstatus tahanan rumah. Namun, rupanya mentor pribadi Guaido itu bebas beberapa hari lalu. Dia dibebaskan kelompok militer yang membelot dari Maduro.
CNN melaporkan bahwa Lopez sudah mencari suaka di Kedutaan Besar Cile. Dia lantas dipindahkan ke Kedutaan Besar Spanyol di Karakas pada Selasa malam.
BACA JUGA: Keliling Amerika Selatan, Wapres AS Kampanye Anti-Maduro
''Ini adalah awal dari berakhirnya rezim Maduro. Tak ada lagi jalan kembali,'' tegas Guaido. Dia menyatakan, rakyat dan militer mendukung penuh Operation Freedom.
Kendati ada militer yang mendukungnya, posisi Guaido tidak cukup kuat. Jumlah tentara yang mendukungnya juga kalah jauh dengan yang bersiaga di markas La Carlota.
Selasa lalu, aksi massa pro-Guaido memicu bentrokan dengan aparat. Akibatnya, 70 orang terluka dan dibawa ke Salud Chacao Medical Center. Sebanyak 42 di antaranya tertembak peluru karet. Dua warga lainnya dirawat karena tembakan peluru asli.
Karena kalah jumlah, oposisi kalah. Maduro pun langsung memaklumatkan kemenangan kubunya. Dia mengatakan bahwa pemerintah berhasil menggagalkan kudeta.
''Jaksa akan membuka penyelidikan terkait kejahatan besar terhadap konstitusi, hukum, dan perdamaian negara,'' tegas Maduro. Dia juga mencabut hak siar stasiun televisi internasional. Termasuk CNN dan BBC.
Kebijakan itu menuai dukungan dari sekutu-sekutu Maduro. Iran menyambut gembira keberhasilan Maduro dalam menggagalkan kudeta. Teheran kembali mendesak AS agar menjauh dari urusan Venezuela. ''Kami mendukung dialog. Tapi, kami percaya bahwa pemerintah konstitusional Venezuela harus terus berlanjut,'' tutur Menlu Iran Mohammad Javad Zarif. (bil/c18/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Ada Air untuk Siram Toilet, Venezuela Kembali Diguncang People Power
Redaktur & Reporter : Adil