Himbauan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud Djoko Santoso di Jakarta, Sabtu (6/10). Dia menuturkan jika setiap politeknik harus membangun kesadaran untuk menjalin link dengan dunia industri. Terutama dunia industri yang linier dengan keahlian yang diajarkan.
Mantan rektor ITB itu mengatakan, pengelola politeknik tidak boleh belum-belum sudah menjauhi dunia usaha. "Jika ada yang kesulitan memulai membuat jaringan dengan dunia industri, kami (Kemendikbud, red) siap memfasilitasi," kata dia.
Menjalin hubungan baik dengan dunia industri ini menurut Djoko bisa memiliki banyak manfaat. Pertama, bisa menjadi saluran untuk penempatan magang mahasiswa yang akan lulus. Manfaat kedua adalah, bisa menjadi saluran kerja pada alumni politeknik yang bersangkutan. Manfaat berikutnya adalah, pihak industri bisa ikut urun rembuk dalam pengembangan kurikulum.
Djoko mengatakan, Kemendikbud mempersilahkan pihak politeknik bersama dunia industri untuk sama-sama mengembangkan kurikulum. Dengan demikian, materi ajar akan matching dengan kebutuhan nyata dunia usaha.
Selain menuntut mulai merajut hubungan dengan dunia industri, Djoko juga menuturkan supaya pengelola politeknik harus membuat sistem pembelajaran yang bisa membentuk alumninya berjiwa industriawan. "Selain itu juga membentuk alumni yang berjiwa entrepreneur," ujar dia.
Dengan demikian, para alumni tidak hanya menunggu ada lowongan dari orang lain. Tetapi, dengan penanaman jiwa entrepreneur yang kuat, para alumni bisa mendirikan usaha sendiri sesuai dengan keahliannya.
Sebagaimana santer diberitakan, mulai tahun ini Kemendikbud akan menggenjot pendirian politeknik dan menahan pendirian pendidikan tinggi akademik. Dengan upaya ini, mereka berharap komposisi politeknik atau pendidikan tinggi vokasi bisa mencapai 70 persen. Sedangkan sisanya sejumlah 30 persen adalah pendidikan tinggi akademik.
Di antara politeknik yang sudah menjalin hubungan baik dengan dunia industri adalah Politeknik Aceh. Direktur Politeknik Aceh Zainal Hanafi mengatakan, setiap tiga tahun sekali mereka mengundang kalangan industri untuk ikut merancang kurikulum.
"Misalnya untuk urusan teknologi informasi, perkembangannya cepat sekali. Jika kurikulum tidak di-update, mahasiswa kami ketinggalan," katanya. Untuk itu mereka mengundang sejumlah perusahaan teknologi informasi ternama untuk ikut menyusun kurikulum.
Selain menjalin hubungan baik dengan dunia usaha, Hanafi mengatakan model pembelajarannya cukup unik. Yaitu dengan menjalankan dua pekan praktek dan sepekan teori. Begitu berturut-turut sejak mahasiswa baru masuk.
Dengan model ini, keahlian atau kemampuan mahasiswa terus terasah dan siap bekerja. "Sekarang ada sebagian yang sudah diterima kerja, meskipun baru diwisuda hari ini," pungkasnya. (wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... UU Guru dan Dosen Dibawa ke MK
Redaktur : Tim Redaksi