jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik M Qodari mengatakan, politik dinasti bukan khas reformasi. Pada masa Orde Baru (Orba), dinasti kekuasaan berpusat di Cendana.
"Di samping Cendana sebagai pusat dinasti Orba, dalam bentuk yang lebih sederhana juga ada klan Sumitro Djojukusumo dan Ibnu Sutowo masing-masing dengan keluarga intinya. Tapi pusatnya tetap di Cendana," kata M Qodari, dalam Dialog Kenegaraan 'Fenomena Politik Dinasti', di gedung DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (24/7).
BACA JUGA: Jokowi Kian Tak Tersaingi
Namun dikatakan Qodari, model politik dinasti juga berkembang di era reformasi."Kalau diasumsikan reformasi mendorong terjadinya penyebaran dinasti, itu ada benarnya sebab selain Cikeas, Aburizal Bakrie juga bisa disebut tengah membangun dinasti," ungkap dia.
Dijelaskannya, suatu klan bisa disebut sukses menjalani politik dinasti minimal ada 3 generasi punya garis tertentu seperti istri, anak atau istri kedua secara berkesinambungan berhasil menjadi kepala daerah di satu wilayah yang sama.
BACA JUGA: Tersangka Baru Korupsi di Kominfo Tunggu Pengembangan Penyidikan
Lebih lanjut dia mengungkap plus minus politik dinasti. Positifnya, proses sosialisasinya lebih baik dan masyarakat agak mudah memberikan penilaian berdasarkan garis politik seperti Bung Karno yang berpaham nasionalisme.
"Minusnya, terkesan tertutup dan tak memberikan peluang dari pihak luar, pengabaian terhadap aspek kemampuan serta mengurangi mekanisme kontrol," ujar Qodari.
BACA JUGA: Istana Anggap tak Penting Tanggapi FPI
Karena minusnya lebih banyak, Qodari mengusulkan perlu ada pembatasan politik dinasti ini. "Dan saya dengar kemendagri sudah menyiapkan formulasinya," kata Qodari. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Margarito: Korupsi Bikin Negara Sulit, Bukan Dinasti
Redaktur : Tim Redaksi