Politik Membaik, Dana Parkir di Luar Negeri Harus Balik

Selasa, 19 Agustus 2014 – 03:47 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Di tengah ketatnya likuiditas perbankan Indonesia, uang yang terparkir di luar negeri milik pribumi kembali menjadi perhatian. Nilai uang Warga Negara Indonesia (WNI) disimpan di negara lain itu diperkirakan sedikitnya seperempat dari total Produk Domestik Bruto (PDB).

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi G Sadikin mengatakan tersimpannya dana di luar negeri memang memiliki sejarah tersendiri karena sejumlah alasan. Terutama akibat adanya ketegangan efek dari sebuah kebijakan.

BACA JUGA: Dorong APBN 2015 Prioritaskan Upaya Wujudkan Kedaulatan Pangan

"Di Eropa itu ada Swiss. Dulu ada perang dunia satu dan dua yang membuat politik di Eropa sana tegang lalu orang simpan uang di Swiss. Kenapa ada Dubai, ada Bahrain di middle east, karena dulu India-Pakistan ribut terus. Arab sama Israel rebut terus. Jadi orang takut kan, orang kayanya mengeluarkan uangnya ditaruh di Bahrain dan Dubai. Asia juga sama, Vietnam Utara-Vietnam Selatan ribut, China sama Taiwan, Korea Utara dengan Kora Selatan, Indonesia juga pernah dilanda isu komunis. Akhirnya ada Singapura dan Hong Kong (tempat dianggap paling aman simpan uang)," kisahnya saat menjadi pembicara Halal bihalal dan Workshop antara Self Regulatory Organization (SRO) dengan Anggota Bursa, Bank Kustodian, dan Emiten di Jakarta, Senin (18/8).

Salah satu cara agar uang itu kembali adalah stabilitas politik. Terbukti ketika tembok Berlin jatuh, ketegangan Jerman Barat-Jerman Timur pudar. "Begitu itu mencair, bisnis perbankan Swiss turun juga waktu itu (uang orang kaya Jerman kembali ke Jerman)," terusnya.

BACA JUGA: Pertama Kali, Perempuan jadi Presdir PT TPS

Hal serupa bisa terjadi di Indonesia. Syaratnya politik di Indonesia harus stabil meskipun untuk itu harus melawan kepentingan lain terutama yang tidak menginginkan kembalinya dana tersebut ke dalam negeri.

"Ya balik lagi, kalau ada orang yang tidak mau kehilangan bisnis itu, jangan sampai politik Indonesia stabil. Jadi kita juga harus hati-hati, jangan terlalu naif. Yang pasti kalau politik stabil, otomatis kepastian hukum dan pajak juga akan membaik," yakinnya.

BACA JUGA: Tegaskan Mundurnya Karen Tak Berbau Politik

Sedangkan Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, masih banyaknya dana asing terparkir di luar negeri memang berseberangan dengan tingginya dana asing yang masuk ke pasar saham. Sampai kemarin, pembelian bersih investor asing (foreign net buy) di bursa saham Indonesia senilai Rp 55,9 triliun.

"Rekor tertinggi selama ini. Itu hanya di saham. Kalau di pasar modal termasuk surat utang (obligasi korporasi) sudah lebih dari Rp 100 triliun," ucapnya, di tempat yang sama.

Meski begitu, kata Ito, menarik kembali dana orang Indonesia dari luar negeri tidak bisa semata karena ada daya tarik dari pasar modal. Butuh upaya dari pemerintah dalam beragam kebijakan.

"Sederhana saja, kepastian situasi kondusif di Indonesia baik itu dari sisi keamanan, sosial politik, dan kesempatan berinvestasi. Orang akan berinvestasi kalau dia merasa aman. Jadi keamanan penting," kata dia.

Bisa juga diberi bumbu berupa insentif dari investasi yang terjadi. Meskipun menurutnya, sebenarnya insentif itu plus minus.

"Dalam arti kalau orang sudah melihat keuntungan dia akan cari. Prinsip uang kan seperti air mengalir, ke arah lebih rendah, artinya uang akan mengalir ke tempat keuntungan bisa diperoleh. Tapi persyaratannya kan rasa aman. Apakah dia merasa aman investasinya atau tidak," imbuhnya.

Direktur Eksekutif The Finance Eko B Supriyanto menambahkan, dari data yang dihimpun, dana parkir orang Indonesia di Singapura jumlahnya mencapai 25 persen dari PDB. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku (Harga konstan 2000) mencapai Rp 724,1 triliun pada kuartal kedua 2014. Artinya, dana orang Indonesia disimpan di Singapura sekitar Rp 181 triliun.

"Pemilik uang itu merasa lebih percaya perbankan di Singapura daripada perbankan di Indonesia. Dana-dana itu dari hasil ekspor yang tidak balik lagi ke perbankan Indonesia," ungkapnya.(gen/agm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Uang NKRI Dicetak Sebanyak 40 Juta Lembar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler