Politikus Gerindra Yakin Golput Pemilu 2019 Berkurang

Senin, 18 Februari 2019 – 20:55 WIB
Anggota MPR Fraksi Partai Gerindra Ahmad Riza Patria (kedua kanan) saat diskusi Empat Pilar bertajuk “Potensi Golput di Pemilu 2019” di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (18/2). Foto: M Kusdharmadi/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota MPR Fraksi Partai Gerindra Ahmad Riza Patria meyakini bahwa angka golongan putih atau golput Pemilu 2019 tidak akan meningkat dibanding pada Pemilu 2014.

Menurut Riza, salah satu alasannya karena Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2019 digelar serentak.

BACA JUGA: MPR : Generasi Muda Harus Miliki Jiwa Entrepreneurship

“Karena pileg dan pilpres serentak, saya yakin angka golput tidak akan meningkat. Saya meyakini tidak akan meningkat,” kata Riza dalam diskusi Empat Pilar bertajuk “Potensi Golput di Pemilu 2019” kerja sama Biro Humas MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen di gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/2).

Dia memaparkan, jika dibandingkan pilkada, pileg dan pilpres, angka golput memang lebih tinggi saat pilpres dibanding pileg. Namun, Riza meyakini, masyarakat sekarang ini punya kepedulian karena pemilu digelar serentak.

BACA JUGA: Baidowi: Golput Bisa Diatasi Kalau Pemilih Masuk DPT

Tim sukses capres-cawapres, maupun caleg, pasti akan menggiring, memastikan, dan mengawal konstituennya untuk bisa hadir ke tempat pemungutan suara (TPS), serta berpartisipasi dalam pemilu.

Selain itu, ujar dia, media sosial juga memiliki pengaruh besar. “Saya kira masyarakat semakin peduli pada demokrasi. Karena itu saya menduga golput tidak akan besar malah bisa turun karena pileg dan pilpres dilakukan serentak,” ujar wakil ketua Komisi II DPR itu.

BACA JUGA: Ternyata PT 20 Persen Juga Berpotensi Sumbang Golput

Anggota MPR Fraksi PPP Ahmad Baidhowi juga berpendapat angka golput dalam Pemilu 2019 ini tidak besar karena pemilu dilakukan serentak. “Kami yakin ada penurunan angka golput. Dengan pemilu serentak ini maka semua elemen ikut bergerak,” katanya dalam diskusi tersebut.

Dia mengatakan, untuk mengurangi angka golput, sosialisasi pemilu 2019 sangat penting digencarkan. Dia mengakui bahwa masih ada masyarakat terutama di daerah yang sulit terjangkau belum mengetahui pemilu dilakukan secara serentak. Peran media massa juga penting untuk menginformasikan berita pemilu serentak yang baru pertamakali diadakan di Indonesia.

Pakar komunikasi politik Universitas Budi Luhur Umaimah Wahid melihat masih terbuka peluang golput dalam Pemilu 2019. Berdasarkan hasil survei sekitar 20 - 30 persen pemilih yang golput.

“Karena itu, Golput pada Pemilu 2019 ini diperkirakan naik dibanding Golput pada Pemilu 2014. Tapi masih ada waktu sekitar dua bulan untuk mengurangi Golput,” ujar Umai dalam kesempatan tersebut.

Menurut Umaimah, untuk mengurangi angka golput, KPU lebih gencar untuk melakukan sosialisasi. Partai politik juga punya tanggung jawab untuk melakukan sosialiasi dan meyakinkan masyarakat agar mau memilih. Selain itu para kandidat politik, baik capres, cawapres maupun caleg, memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk ikut Pemilu.

Pemuka masyarakat dan media massa punya tanggung jawab untuk memberikan informasi yang menggugah masyarakat untuk berpartisipasi secara maksimal dalam Pemilu 2019. “Tanpa partisipasi bisa mengurangi legitimasi Pemilu. Ini tanggung jawab kita semua untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pemilu,” jelasnya.

Umai mengatakan, kalau tidak maka sangat sayang sekali karena dana yang dihabiskan cukup besar. Sosialisasi harus maksimal dilakukan kepada masyarakat dan memberikan kepercayaan bahwa pemilu menentukan pemimpin dan perwakilan di lembaga legislatif.

“Pemilu ini penting untuk melahirkan kebijakan yang lebih baik di masa depan,” katanya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... MPR: Golput Pemilu 2019 Tidak Akan Besar


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler