jpnn.com, JAKARTA - Anggota MPR Fraksi Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan salah satu penyebab golput adalah kekecewaan terhadap keputusan presidential threshold atau PT 20 persen di Undang-Undang Pemilu.
Menurut Riza, dengan PT 20 persen, masyarakat kecewa dan menganggap demokrasi menurun.
BACA JUGA: MPR: Golput Pemilu 2019 Tidak Akan Besar
“Makanya kami Partai Gerindra kecewa juga dengan UU Pemilu yang telah mengesahkan PT 20 persen. Kami inginnya PT nol persen supaya seluruh warga negara mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi capres dan cawapres,” kata Riza dalam diskusi Empat Pilar bertajuk “Potensi Golput di Pemilu 2019” bekerja sama Biro Humas MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen di gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/2).
BACA JUGA: MPR: Golput Pemilu 2019 Tidak Akan Besar
BACA JUGA: HNW: Kita Jaga dan Kembangkan Kebudayaan Nasional
Dia mengatakan, meskipun partainya menempati ranking tiga besar nasional, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tetap pengin memberikan kesempatan bagi seluruh putra dan putri terbaik bangsa untuk bisa maju menjadi bagian penguatan partai politik.
Selain itu, juga memberi kesempatan partai politik menyiapkan kader terbaiknya. Karena itu, Riza menilai PT 20 persen sudah melanggar konstitusi.
BACA JUGA: HNW Ajak Pesilat jadi Benteng Bangsa dan Budaya Indonesia
“Menurut kami itu sudah melanggar Undang-Undang Dasar 1945, melanggar keadilan, kesetaraan, melanggar demokrasi dan sebagainya dan dampaknya ada golput di situ,” ujar Riza.
Wakil ketua Komisi II DPR itu menambahkan, sudah banyak bakal calon yang saat itu siap maju pilpres, seperti Gatot Nurmantyo, Yusril Ihza Mahendra, Rizal Ramli, hingga beberapa nama yang memiliki pendukung militan.
“Bisa jadi di antara pendukung-pendukung yang militan itu kecewa. Jadi banyaklah kira-kira yang menyebabkan golput meningkat. Itu kan berdasarkan analisa, data yang ada,” katanya.
Namun, ujar Riza, secara pribadi dia meyakini karena pileg dan pilpres digelar serentak, angka golput tidak akan meningkat. Menurut dia, penyelenggaraan pileg dan pilpres serentak membuat tim sukses, akan menggiring semua caleg, dan mengawal konstituennya dan masyarakat maupun relawan untuk ke tempat pemungutan suara atau TPS.
“Sekarang juga media sosial semakin banyak jumlahnya, saya kira masyarakat semakin peduli pentingnya demokrasi dibangun agar berkualitas. Dari situ saya punya dugaan bahwa golput tidak akan besar, malah mungkin menurun menurut saya karena bersamaannya pileg dan pilpres,” paparnya.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Umat Islam Indonesia Harus Jaga Warisan Pendahulunya
Redaktur & Reporter : Boy