JAKARTA - Keberhasilan Detasemen Khusus (Densus) Anti Teror alias Densus 88 Mabes Polri membekuk terduga teroris di 3 tempat terpisah Rabu (8/5) lalu tidak mendapat apresiasi dari politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Indra.
Pasalnya, operasi tersebut dinilai memakan waktu terlalu lama dan memakan banyak korban jiwa.
Dalam satu hari, Densus 88 melakukan penyergapan terduga teroris di Bandung, Kendal, dan Kebumen. Hasilnya, 13 orang ditangkap dan tujuh orang terduga teroris tewas di tempat penyergapan.
"Kemarin 8 jam penyergapan, saya pikir terlalu lama untuk meringkus beberapa orang yang tidak bersenjata dan mereka pun akhirnya mati. Kalau cuma satu yang mati itu baru hebat." ujar anggota Komisi III DPR RI, Indra kepada wartawan di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5).
Menurut Indra, saat ini ada keraguan di kalangan masyarakat terkait terorisme di indonesia. Pasalnya, semenjak dibentuknya Densus 88 jumlah kasus terorisme bukannya berkurang, tapi justru semakin banyak. Sehingga muncul anggapan kalau jaringan teroris di Indonesia memang sengaja diciptakan.
Salah satu cara untuk menghapus keraguan ini adalah dengan menangkap terduga teroris hidup-hidup.
"Dengan dia tertangkap hidup-hidup polemik publik bahwa ini memang teroris terjawab. Kalau dia tertangkap akan mengurai apa persoalan sebenarnya" ujar Indra.
Dikatakan, selama ini terlihat aksi penyergapan oleh Densus asal tembak saja. "Bahkan ada juga yang salah tangkap. Kita di Komisi III sudah mendapatkan catatan-catataan itu. Jadi saya kira perlu dilakukan evaluasi," ujarnya.
Ia berharap kedepannya Densus 88 dapat bertindak lebih profesional dan bersih dari kepentingan.
"Ini kan catatan-catatan kita yang dulu ada yang salah tangkap, salah tembak. Belum lagi laporan-laporan masyarakat ke Komisi III yang terkesan memang ada indikasi begitu," tandas. (dil/gir/jpnn)
Pasalnya, operasi tersebut dinilai memakan waktu terlalu lama dan memakan banyak korban jiwa.
Dalam satu hari, Densus 88 melakukan penyergapan terduga teroris di Bandung, Kendal, dan Kebumen. Hasilnya, 13 orang ditangkap dan tujuh orang terduga teroris tewas di tempat penyergapan.
"Kemarin 8 jam penyergapan, saya pikir terlalu lama untuk meringkus beberapa orang yang tidak bersenjata dan mereka pun akhirnya mati. Kalau cuma satu yang mati itu baru hebat." ujar anggota Komisi III DPR RI, Indra kepada wartawan di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5).
Menurut Indra, saat ini ada keraguan di kalangan masyarakat terkait terorisme di indonesia. Pasalnya, semenjak dibentuknya Densus 88 jumlah kasus terorisme bukannya berkurang, tapi justru semakin banyak. Sehingga muncul anggapan kalau jaringan teroris di Indonesia memang sengaja diciptakan.
Salah satu cara untuk menghapus keraguan ini adalah dengan menangkap terduga teroris hidup-hidup.
"Dengan dia tertangkap hidup-hidup polemik publik bahwa ini memang teroris terjawab. Kalau dia tertangkap akan mengurai apa persoalan sebenarnya" ujar Indra.
Dikatakan, selama ini terlihat aksi penyergapan oleh Densus asal tembak saja. "Bahkan ada juga yang salah tangkap. Kita di Komisi III sudah mendapatkan catatan-catataan itu. Jadi saya kira perlu dilakukan evaluasi," ujarnya.
Ia berharap kedepannya Densus 88 dapat bertindak lebih profesional dan bersih dari kepentingan.
"Ini kan catatan-catatan kita yang dulu ada yang salah tangkap, salah tembak. Belum lagi laporan-laporan masyarakat ke Komisi III yang terkesan memang ada indikasi begitu," tandas. (dil/gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-gara Kasus Sapi, PKS Terancam Mati
Redaktur : Tim Redaksi