jpnn.com - JAKARTA - Isu mengenai aktivitas kelompok militan pendukung Negara Islam Irak Suriah (ISIS) di wilayah Indonesia makin terdengar santer belakangan ini. Bahkan, Presiden Joko Widodo dikabarkan pernah mendapat ancaman melalui layanan pesan singkat (SMS) dari kelompok yang berbasis di kawasan Timur Tengah itu.
Menurut Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Rikwanto, ancaman seperti yang diterima presiden itu belum tentu serius. Pasalnya, modus menebar ancaman ke tokoh penting biasa dilakukan kelompok teroris sebagai alat propaganda.
BACA JUGA: Orang-orang Terduga Anggota ISIS yang Punya Berbagai Peran
Rikwanto mengungkapkam, modus propaganda paling gampang adalah mengancam orang terkenal. "Seperti ke presiden, tidak usah banyak-banyak cukup satu-dua (SMS) saja," kata Rikwanto dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (22/3).
Menurutnya, modus itu biasanya bertujuan untuk menarik perhatian pemerintah dan media massaa. Dengan begitu, eksistensi kelompok teroris tersebut bisa terpublikasi secara luas tanpa harus keluar biaya.
BACA JUGA: Ini Peran Empat Terduga Anggota ISIS yang Dibekuk Densus 88
Setelah eksistensi mereka diketahui publik, lanjut Rikwanto, diharapkan masyarakat tertarik untuk mencari tahu dan akhirnya bergabung. "Jadi ini bagian dari strategi propaganda ISIS," lanjutnya.
Meski begitu, tambah Rikwanto lagi, bukan berarti Polri menganggap remeh ancaman terhadap kepala negara. Ditegaskannya, penelusuran kasus tersebut tetap dilakukan dengan sangat serius. "Pastinya tetap kita telusuri, tapi tentu secara proposional, tidak gegabah, tidak lebay," pungkasnya. (dil/jpnn)
BACA JUGA: Polri Siap-Siap Periksa 16 WNI Terdeportasi dari Turki
BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Terduga Pengikut ISIS Juga Dibekuk di Bekasi
Redaktur : Tim Redaksi