JAKARTA - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar yakin jajaran kepolisian bisa mengungkap identitas pelaku penembakan di Lapas Cebongan, Sleman, Jogjakarta.
"Kami yakin bisa. Memang juga perlu dukungan. Bantuan informasi dari masyarakat yang menyimpan informasi. Jangan sampai ada informasi tidak digunakan. Jadi kalau ada informasi bagus, penting, sangat baik dijadikan bahan," kata Boy di sela-sela Rakornis Polri, di Jakarta, Selasa (26/3).
Diketahui, dari hasil penyidikan Polri di Lapas Cebongan, penyidik menemukan sedikitnya 31 selongsong peluru, 19 proyektil. Sampai saat ini bukti-bukti masih diuji di laboratorium forensik Polri. Namun demikian penyidik menyebut peluru tersebut kaliber 7,62 milimeter.
"Itu peluru yang lazim digunakan senjata laras panjang. Lebih tepatnya ukuran kaliber menunggu hasil labfor. Tapi pemanfataan perluru sekaliber itu bisa saja dimanfaatkan senjata-senjata yang tidak hanya satu merek," ujar Boy Rafli.
Bicara soal senjata api, Boy mengaku senjata yang beredar cukup banyak. Hal itu didasari pada kasus-kasus yang pernah diungkap Polri. Seperti dalam kasus perampokan toko emas yang menggunakan senjata api laras panjang. Kemudian aksi terorisme laras panjang.
Selain itu pelaku aksi kekerasan terhadap petugas di Papua diketahui juga menggunakan senpi laras panjang. "Kalo organik dan non organik tergantung merek. Yang dimiliki organik juga ada yang ilegal dari pedagangan gelap," katanya.(fat/jpnn)
"Kami yakin bisa. Memang juga perlu dukungan. Bantuan informasi dari masyarakat yang menyimpan informasi. Jangan sampai ada informasi tidak digunakan. Jadi kalau ada informasi bagus, penting, sangat baik dijadikan bahan," kata Boy di sela-sela Rakornis Polri, di Jakarta, Selasa (26/3).
Diketahui, dari hasil penyidikan Polri di Lapas Cebongan, penyidik menemukan sedikitnya 31 selongsong peluru, 19 proyektil. Sampai saat ini bukti-bukti masih diuji di laboratorium forensik Polri. Namun demikian penyidik menyebut peluru tersebut kaliber 7,62 milimeter.
"Itu peluru yang lazim digunakan senjata laras panjang. Lebih tepatnya ukuran kaliber menunggu hasil labfor. Tapi pemanfataan perluru sekaliber itu bisa saja dimanfaatkan senjata-senjata yang tidak hanya satu merek," ujar Boy Rafli.
Bicara soal senjata api, Boy mengaku senjata yang beredar cukup banyak. Hal itu didasari pada kasus-kasus yang pernah diungkap Polri. Seperti dalam kasus perampokan toko emas yang menggunakan senjata api laras panjang. Kemudian aksi terorisme laras panjang.
Selain itu pelaku aksi kekerasan terhadap petugas di Papua diketahui juga menggunakan senpi laras panjang. "Kalo organik dan non organik tergantung merek. Yang dimiliki organik juga ada yang ilegal dari pedagangan gelap," katanya.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolri Lapor ke Presiden, Ditemukan 16 Peluru di TKP
Redaktur : Tim Redaksi