jpnn.com - Dalam beberapa tahun belakangan, muncul sejumlah pondok pesantren modern yang menyediakan berbagai fasilitas untuk para santrinya. Salah satunya, Pondok Pesantren Tazkia yang berada di Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Pesantren tersebut memberikan fasilitas bak hotel. Asrama santri, misalnya. Di beberapa pondok lain, satu kamar biasanya diisi puluhan santri. Di Tazkia, satu kamar hanya diisi delapan orang dengan kasur tingkat, loker pribadi, dan kontainer baju.
BACA JUGA: Ada yang Kenal dengan Wajah dalam Sketsa Ini? Dia Korban Mutilasi di Pasar Besar Malang
”Satu kamar tersebut diasuh satu pengasuh. Jadi, pengasuhnya bisa benar-benar fokus pada santri,” jelas Abdul Jalil Mursyid, staf bagian humas di Tazkia.
Bagaimana dengan jatah makan? Dijamin, santri tidak akan kelaparan. Sebab, para santri mendapat makan tiga kali sehari. Jalil menyebutkan, makanan disediakan dengan model prasmanan seperti di restoran atau hotel. Menunya juga berubah-ubah. Dengan begitu, para santri tidak akan merasa bosan.
BACA JUGA: Terduga Pelaku Mutilasi Malang juga Dikenali Lewat Karakteristik Tulisannya
Ada nasi putih, nasi goreng, nasi uduk, gurami, dan banyak lagi. Bahkan, ada menu masakan Jepang seperti chicken yakiniku dan beef teriyaki. Khusus untuk menu pagi, ada hot milk. Lalu, malamnya ada menu-menu es dan tambahan buah-buahan.
Para santri juga tidak perlu repot mencuci. Sebab, mereka mendapat jatah laundry untuk empat seragam.
BACA JUGA: Pelaku Mutilasi Malang Mengaku Memotong Pakai Gunting Atas Permintaan Korban
Selain soal makanan, gedung asrama maupun sekolah didesain modern dengan warna-warna cerah dan model kekinian. Kesan yang dihadirkan pun bukan seperti sebuah pesantren tradisional yang kondisinya apa adanya. Sekilas, mondok di Tazkia mirip hidup di sebuah guest house.
Dengan segala fasilitas tersebut, biaya masuk Tazkia juga relatif lebih mahal daripada pondok-pondok lain di Jatim. Pondok modern berbasis internasional itu menetapkan biaya masuk sekitar Rp 35 juta. Biaya SPP tiap bulan Rp 3,5 juta.
Meski relatif mahal, peminatnya ternyata membeludak. Bahkan, para calon santri harus inden terlebih dahulu. Tak tanggung-tanggung, masa indennya bisa sampai lima tahun.
”Jadi, misalnya mau masuk SMP sini, sudah bisa daftar sejak masih duduk di bangku kelas II SD,” jelas pria yang mengajar mata pelajaran branding pada program penjurusan profesional itu.
BACA JUGA: PP 31 Tahun 2019: Kulkas Tidak Wajib Bersertifikat Halal
Sistem inden tersebut bertujuan membatasi banyaknya siswa yang akan mendaftar. Kuota santri putri untuk setiap angkatan dibatasi hanya 75 orang, sedangkan santri putra hanya 50 orang.
”Karena di sini kami mengedepankan efektivitas dan efisiensi. Baik pendidikan di dalam kelas maupun asrama,” sambungnya.
Dari kuota tersebut, setiap kelas hanya diisi sekitar 24 siswa. ”Karena di sini kami juga tidak ingin memberikan beban lebih kepada pengajar,” imbuhnya.
Karena kuota terbatas, Tazkia sangat selektif memilih santri. Para pendaftar akan dites kemampuan membaca dan hafalan Alquran.
”Tidak ada batas minimal hafalan sebenarnya. Misalnya, hafalannya sedikit tapi dia benar-benar lancar, nilainya tentu akan lebih tinggi daripada yang hafalannya banyak tapi saat dites ternyata masih banyak bacaannya yang salah,” jelasnya lagi.
BACA JUGA: Upaya Densus 88 Cegah Teroris Memanfaatkan Momentum 22 Mei 2019
Untuk lulus pun tidak mudah. Salah satu syarat lulus adalah hafal Alquran minimal lima juz. Sistem pendidikan juga tidak sembarangan. Di bidang akademik, Tazkia menawarkan sistem pendidikan berbasis kurikulum Al Azhar untuk pelajaran diniyah dan Cambridge untuk pelajaran umum. (ama/c7/oni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mutilasi Pasar Besar Malang: Lokasi Pernah Dipakai Syuting Film Horor, Judulnya Rahasia
Redaktur & Reporter : Soetomo