Ponte JK, Jembatan Terindah di Dunia yang Tak Lagi Ramah

Penerangan Minim, Banyak Coretan Tangan Usil

Minggu, 16 Juni 2013 – 06:26 WIB
Jembatan Ponte JK di kala malam. Foto: flickr.com


Begitu diresmikan pada 15 Desember 2002, Ponte Juscelino Kubitschek atau yang lebih dikenal dengan nama Ponte JK langsung menjadi ikon modern Brasilia. Sekarang jembatan yang pernah ditahbiskan sebagai yang terindah di dunia itu mulai diabaikan turis maupun warga setempat.

= = = = = = = = = = =

ADENIDA Jorgeninha terus saja melahap spageti di meja makannya. Sementara dua rekan perempuan Adenida yang lain lebih asyik dengan tombol-tombol di gadget masing-masing. Ketiganya seakan mengabaikan betapa indahnya pemandangan Ponte JK dari kafe tempat mereka makan Jumat siang itu (14/6). 


Kafe bernama Com Ale tersebut berada di jalan ke kanan sebelum memasuki jembatan dari sisi barat (dari arah pusat kota). Ada empat kafe yang berjejer di lokasi tersebut. 


Kafe yang dipilih Adenida dan teman-temannya berada di paling ujung dekat jembatan. Di seberang kafe terdapat taman gazebo dengan dilengkapi area bermain anak yang semua terbuat dari kayu. Mulai ayunan, perosotan, hingga rumah-rumahan yang disusun seperti kereta api. 


Kafe tempat nongkrong Adenida cs yang paling ramai pengunjung saat itu. Deretan mobil maupun sepeda motor di depan kafe diparkir mengular. Selain -mungkin- lokasinya paling dekat dengan jembatan, pemilik kafe menyediakan kursi-kursi bersantai di bagian depan atau teras. ''Kafe ini memang ramai, khususnya ketika jam makan siang begini,'' kata Adenida yang bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi Brasilia itu. 


"Dulu kafe ini banyak didatangi turis yang ingin melihat jembatan (Ponte JK). Sekarang, kecuali Anda, hanya orang-orang sini,'' sahut Giorgio do Averio, manajer Com Ale. 

Ponte JK sebenarnya salah satu destinasi wisata yang sayang dilewatkan ketika berkunjung ke Brasilia. Apalagi, memang disediakan area untuk pejalan kaki (sekaligus untuk bersepeda dan skater) yang mengapit dua ruas jalan (masing-masing terdiri atas tiga lajur). Lebarnya 1,5 meter sepanjang 720 meter. Sedangkan panjang dan lebar ruas jalan jembatan karya Alexandre Chan tersebut adalah 1.200 meter dan 24 meter. 


Tapi, turis memang punya alasan enggan mampir ke jembatan yang saat direkonstruksi dibutuhkan jasa 12 penyelam profesional untuk mengeksplorasi kedalaman air hingga 48 meter itu. Di antaranya, banyak lampu penerangan area pejalan kaki rusak. 


Malam memang momen yang ideal untuk menikmati keindahan jembatan peraih Gustave Lindenthal Medal 2003 tersebut. Yakni, untuk jembatan dengan desain artistik terindah dan harmonisasi lingkungan terbaik dunia versi Asosiasi Arsitek Jembatan Sedunia itu. 


Tapi, sekarang banyak coretan tangan usil di beberapa bagian jembatan. Berjalan kaki saat malam juga tidak direkomendasikan bakal aman. Bukan karena ada penodong, melainkan lampu penerangan yang minim. ''Harus hati-hati kalau berjalan malam karena bisa tertabrak pesepeda,'' jelas Giorgio. 


Turis yang tidak menyewa kendaraan sendiri juga bakal bermasalah. Menunggu moda transportasi publik di Ponte JK bisa sangat lama. Bus memang lewat, tapi tidak untuk rute yang padat. Sedangkan, taksi juga jarang berseliweran. (*/c4/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... RI Ajukan 11 Poin ke Pemerintah PNG

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler