Popmasepi Sebut Produksi Pertanian Indonesia Makin Baik, Jadi Tidak Perlu Impor

Selasa, 16 Maret 2021 – 23:52 WIB
Kepala Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (DPP Popmasepi) Sahabudin Letsoin. Foto: Kementerian Pertanian

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (DPP Popmasepi) Sahabudin Letsoin mengatakan produksi pertanian Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan.

Perkembangan tersebut, kata Sahabudin, menunjukan, Indonesia mampu mewujudkan kedaulatan pangan secara mandiri. Sehingga ke depan, berbicara mengenai pangan tidak perlu melakukan impor.

BACA JUGA: Baru Kerja Tiga Hari, PRT Nekat Berbuat Aksi Tak Terpuji di Kamar Majikan, Terekam CCTV

"Pemerintah memiliki data yang meyakinkan, bahwa stok beras nasional masih bisa terpenuhi," ujar Sahabudin, Selasa (16/3).

Selain itu, menurut Sahabudin, pemerintah terus menciptakan inovasi dan konsep modern produksi pertanian seperti yang tertuang pada program food estate yang kini sudah memasuki masa panen raya di Provinsi Kalimantan Tengah.

BACA JUGA: Data BPS: Januari-Februari 2021, Ekspor Pertanian Tumbuh 8,81 Persen

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, Food Estate merupakan salah satu program unggulan untuk meningkatkan produksi beras di dalam negeri. Artinya tujuan pemerintah menjaga pasokan beras di masa krisis melalui program ini sudah mulai terlihat. 

"Kita (Indonesia, red) patut bersyukur karena pemerintah juga membangun food estate di wilayah lain," katanya.

Berdasarkan data yang ada, impor beras 1 juta ton sangat tidak masuk akal dan bukan merupakan sebuah sulusi untuk memenuhi pangan dalam negeri. 

Impor hanya kebijakan yang nantinya akan menyakiti hati para petani.

"Artinya, impor beras tahun 2021 ini tidak perlu dilakukan, karena sangat kontradiktif dengan data beras yang sangat meyakinkan dari pemerintah sendiri," ujarnya.

Di sisi lain, kata dia, petani sedang menyambut masa panen raya, jika impor beras tetap dilakukan.

Sehingga, akan berpengaruh terhadap equilibrium permintaan dan penawaran beras

"Dalam hal ini petani akan dirugikan karena harga beras mengami penurunan," katanya.

Apalagi, menurut Sahabudin, produksi beras dalam negeri pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta, kemudian meningkat lagi menjadi 31,33 juta ton di tahun 2020.

Bahkan, BPS memperkirakan produksi padi pada periode Januari-April 2021 mencapai 25,37 juta ton GKG, atau mengalami peningkatan sebesar 5,37 juta ton (26,88%) dibandingkan tingkat produksi padi tahun 2020 di periode yang sama, yakni 19,99 juta ton GKG.

"Angka proyeksi ini terbilang sangat signifikan, sehingga produksi beras sebesar 31,33 juta ton pada tahun 2020, secara optimistis tentu akan mengalami kenaikan juga di tahun 2021," pungkasnya. (cr3/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler