Direktur Eksekutif Locus Salemba Institute, Ricky Valentino, mengatakan, dari 1400 responden yang diambil dengan metode multistage random sampling, Aher-Deddy meraih 32,5 persen. Posisi itu diikuti pasangan Dede Yusuf-Lex Laksamana (23,7 persen) dan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki (19,3 persen).
Sementara pasangan Irianto MS Syafiuddin-Tatang Fahranul Hakim di peringkat keempat dengan 10,5 persen, sementara Dikdik Mulyana Arief Mansyur-Cecep Nana Suryana Toyib di urutan terbawah dengan 2,4 persen.
"Dari hasil analisa kami, bahwa Aher-Deddy adalah pasangan yang mempunyai kekuatan dari segi figur. Aher sebagai Gubernur dan Deddy sebagai artis yang berpengalaman serta sudah di kenal," kata Ricky dalam paparannya, Sabtu (1/12).
Ricky menjelaskan, ada tiga variabel pada survei yang dilakukan 19-25 November 2012 itu. Yakni, popularitas, kesukaan dan elektabilitas pasangan caon. Margin error dari survei itu adalah 3-5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurutnya, dari sisi popularitas sebenarnya Dede Yusuf berada di posisi teratas, yakni 95 persen. Kemudian ada Rieke (93,4 persen), Aher 92,8 persen, Yance 85,9 persen dan Dikdik 60,8 persen. Sedangkan untuk popularitas cawagub, Deddy Mizwar di urutan pertama dengan 97,5 persen, Teten Masduki (79,3 persen), Lex Laksamana (70,4 persen), Tatang (65,3 persen) dan Cecep (60,2 persen).
Dijelaskan juga, pasangan Dede-Lex belum terlalu populer di kalangan grassroot karena hanya tenar di media dan kalangan menengah atas saja. "Ini yang menjadi kelemahan terbesar bagi cagub Dede Yusuf walaupun dukungan dari Partai Demokrat, PAN dan Gerindra, dan mempunyai popularitas tertinggi," katanya.
Justru Ricky menyebut pasangan Rieke-Teten yang membawa misi perubahan baik penataan pemerintahan yang bersih atau bebas korupsi, mempunyai kekuatan yang saling memadai.
ebab, lanjut dia, Rieke adalah seorang aktris dan anggota DPR RI sehingga figurnya sudah cukup dikenal. "Sedangkan Teten merupakan tokoh anti korupsi yang begitu di kenal di kalangan LSM atau NGO," bebernya.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU Dituding Diskriminatif soal Alokasi Waktu
Redaktur : Tim Redaksi