JAKARTA - Pengurus Besar Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (PB Porlasi) akhirnya memutuskan untuk menurunkan target medali di SEA Games 2013. Kini, mereka hanya menargetkan sekeping emas dalam multieven olahraga yang akan dilangsungkan di Myanmar, Desember mendatang itu.
Jumlah tersebut termasuk penurunan drastis. Sebab, awalnya PB Porlasi sesumbar bisa mendapatkan tiga emas di Myanmar. Penurunan target tersebut dilakukan setelah adanya perubahan nomor yang dilombakan di SEA Games.
Manajer timnas layar Indonesia, Otnil Mamahit mengatakan, perubahan tersebut sangat mengganggu semua negara. Pasalnya, perubahan itu dilakukan secara sepihak oleh tuan rumah Myanmar.
“Indonesia punya nomor RS One putra dan putri yang sangat diandalkan untuk meraih medali emas. Terutama di nomor putri. Tapi dua nomor tersebut akhirnya diganti dengan open (terbuka), sehingga atlet putri Indonesia tidak bisa bersaing dengan putra,” kata Otniel di Jakarta, jumat (21/6).
Selain itu, tambah Otnil, usia atlet yang disepakati kelahiran 1994 pada Council Meeting Sport Rules dengan negara-negara peserta juga diubah. Kini tahun kelahiran atlet menjadi 1998. Otnil juga mengeluhkan sikap pasif yang ditunjukkan KOI.
“Sayangnya KOI tidak melakukan pembelaan terhadap perubahan ini. Atau paling tidak sebelum berangkat untuk melakukan rapat council meeting dengan panitia KOI berkoordinasi dengan kami di Porlasi. Sehingga ada acuan mana yang harus diperjuangkan jika terjadi hal-hal seperti ini,” sindir Otnil. (jos/jpnn)
Jumlah tersebut termasuk penurunan drastis. Sebab, awalnya PB Porlasi sesumbar bisa mendapatkan tiga emas di Myanmar. Penurunan target tersebut dilakukan setelah adanya perubahan nomor yang dilombakan di SEA Games.
Manajer timnas layar Indonesia, Otnil Mamahit mengatakan, perubahan tersebut sangat mengganggu semua negara. Pasalnya, perubahan itu dilakukan secara sepihak oleh tuan rumah Myanmar.
“Indonesia punya nomor RS One putra dan putri yang sangat diandalkan untuk meraih medali emas. Terutama di nomor putri. Tapi dua nomor tersebut akhirnya diganti dengan open (terbuka), sehingga atlet putri Indonesia tidak bisa bersaing dengan putra,” kata Otniel di Jakarta, jumat (21/6).
Selain itu, tambah Otnil, usia atlet yang disepakati kelahiran 1994 pada Council Meeting Sport Rules dengan negara-negara peserta juga diubah. Kini tahun kelahiran atlet menjadi 1998. Otnil juga mengeluhkan sikap pasif yang ditunjukkan KOI.
“Sayangnya KOI tidak melakukan pembelaan terhadap perubahan ini. Atau paling tidak sebelum berangkat untuk melakukan rapat council meeting dengan panitia KOI berkoordinasi dengan kami di Porlasi. Sehingga ada acuan mana yang harus diperjuangkan jika terjadi hal-hal seperti ini,” sindir Otnil. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkan Game Terbaik Bersama Sang Jenderal
Redaktur : Tim Redaksi