jpnn.com, JAKARTA - LSI Denny JA melakukan survei tatap muka dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia pada 3-14 Mei 2023, dengan margin of error survei sebesar 2.9 persen.
Menurut peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana, jika Anies Baswedan gagal mendapatkan tiket capres, maka Pilpres 2024 hanya diikuti oleh calon presiden dari dua partai besar, yakni Ganjar Pranowo dari PDIP melawan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Bakal Diuntungkan Isu Ekonomi di Bursa Cawapres
Lalu bagaimana dengan partai besar lainnya, seperti Partai Golkar? Jika Anies gagal mendapatkan tiket capres dari Koalisi Perubahan, peluang Partai Golkar justru lebih hidup.
Ade Mulyana mengatakan, Partai Golkar bisa membuat Anies Baswedan memperoleh tiket capres cukup dengan berkoalisi dengan salah satu partai apa saja agar mendapatkan tiket minimum 20 persen kursi DPR, di luar PPP yang sudah mendukung Ganjar Pranowo.
BACA JUGA: Prabowo-Erick Thohir Dinilai Bisa Saling Melengkapi Basis Pemilih di Pilpres 2024
Golkar juga akan memiliki daya tawar lebih kuat lagi karena dapat menggertak jika Airlangga Hartarto tak menjadi cawapres terpilih, baik oleh Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto. Partai Golkar bersama partai politik lain dapat menghidupkan kembali tiket capres Anies Baswedan di Pilpres 2024.
“Tapi, tentu itu bergantung pula pada kenekatan Airlangga Hartarto. Dia akan berhitung apa yang akan menimpa dirinya dan Partai Golkar jika berani mencalonkan Anies Baswedan sebagai capres. Airlangga akan berkaca dari apa yang dialami Surya Paloh,” ungkap Ade Mulyana.
BACA JUGA: Perumnas Hadirkan Desain Rumah Idaman Bagi Milenial, Harganya Mulai Rp 300 Juta
Selain itu, jika pada akhirnya Anies Baswedan juga tidak mendapatkan tiket capres dari Partai Golkar, maka bursa cawapres di Pilpres 2024 akan bertambah.
Peringkat pertama cawapres 2024 akan mengerucut kepada Anies Baswedan versus Airlangga Hartarto karena masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahannya.
Anies Baswedan dinilai bisa menambah elektabilitas capres, berbeda dengan cawapres lain. Namun, Anies Baswedan tidak membawa partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat. Apalagi, Anies Baswedan dapat menjadi ancaman bagi sang capres karena bisa menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nanti.
“Sebaliknya, Airlangga Hartarto memang tidak menambah elektabilitas capres secara langsung melalui personal dirinya sendiri. Tapi, Airlangga bisa mempengaruhi elektabilitas capres secara tidak langsung. Itu karena Airlangga membawa mesin partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat untuk isu ekonomi,” terang Ade Mulyana.
Ade Mulyana mengungkapkan, di luar Anies Baswedan dalam bursa cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, Airlangga Hartarto tetap memperoleh indeks cawapres tertinggi.
Index cawapres ini merupakan variabel yang menjadi pertimbangan penentuan cawapres, yakni elektabilitas, ketua umum partai politik, tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
Airlangga Hartarto unggul karena ada tiga variabel yang dimiliki, yakni ketua umum partai politik, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
Sedangkan, cawapres lain hanya memiliki satu atau dua variabel saja adalah Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Mahfud MD, dan Khofifah Indar Parawansa.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada