Potensi Industri Mamin Terbuka

Sabtu, 21 Juni 2014 – 07:57 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Pertumbuhan konsumsi dalam negeri terus meningkat. Tiap tahun diperkirakan pertumbuhan konsumsi bisa mencapai 10 persen.

Direktur Krista Exhibition Daud D Salim mengatakan berdasar pertumbuhan konsumsi tersebut menunjukkan peluang usaha di sektor makanan minuman (mamin) masih terbuka lebar.

BACA JUGA: Berdayakan Nelayan, Jokowi Janjikan Sentra Perikanan dan Permodalan

Apalagi, dengan jumlah penduduk yang besar menjadikan indonesia potensial untuk pasar penjualan produk mamin.

"Saat ini mamin impor juga membanjir. Makanya, potensi ini harus disikapi dengan membangun bisnis di bidang mamin," urainya di sela pameran East Food Indonesia dan East Pack Surabaya 2014 kemarin (20/6).

BACA JUGA: Paparan Jokowi-JK Bangkitkan Optimisme Pelaku Usaha

Dicontohkan, pengolahan tanaman pangan maupun produk hortikultura menjadi makanan bernilai tambah. Apalagi, bahan baku yang dibutuhkan juga tersedia di dalam negeri. Menurut ia, hanya sebagian yang didatangkan dari impor. "Selain itu bisnis kuliner seperti cafe dan restoran juga memiliki peluang yang bagus," katanya.

Dijelaskan, tidak perlu modal yang besar untuk membangun usaha di bidang mamin. Selain itu di dalam negeri juga sudah banyak produsen mesin untuk mengolah bahan baku.

BACA JUGA: Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Terkendala, JK : Siapa Menkonya?

"Seperti mesin untuk membuat mie yang harganya sekitar Rp 20 juta. Ini sesuai bagi pemula yang ingin memulai usaha skala kecil," katanya.

Sementara dalam pameran tersebut, tidak hanya diikuti industri besar tapi juga melibatkan sebanyak 12 UKM. Selain memproduksi makanan siap konsumsi, UKM juga memproduksi bahan baku pembuatan makanan seperti tepung.

Secara terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Jatim Yapto Willy Sinatra mengatakan hingga saat ini industri mamin memang didominasi usaha kecil dan menengah.

"Saat ini, jumlah UMKM khususnya mamin di Jatim sangat mendominasi dengan persentase hampir 70 persen. Sedangkan sisanya 30 persen merupakan industri menengah dan industri besar," urai Yapto

Dikatakan, sebentar lagi pelaku usaha menghadapi serbuan barang impor terutama ketika Masyarakat Ekonomi Asean atau Asean Economic Community berlaku pada 2015 nanti. Oleh karena itu, pelaku usaha harus fokus meningkatkan daya saing. (res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Anggap Hambatan Pembangunan Infrastruktur Mudah Diatasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler