Potensi Kehamilan Bayi Tabung Meningkat dengan Teknologi Ini

Senin, 23 Januari 2023 – 18:33 WIB
Teknologi PGT-A atau Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy yang telah hadir di Morula IVF Indonesia meningkatkan upaya kehamilan pada pasien. Foto dok.Morula IVF Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Klinik fertilitas Morula IVF Indonesia menyatakan teknologi PGT-A atau Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy yang telah hadir di Morula IVF Indonesia meningkatkan upaya kehamilan pada pasien.

Teknologi ini mampu mendeteksi masalah kromosom pada embrio untuk mencegah terjadinya keguguran pada pasien ibu dan calon bayi tabung

BACA JUGA: Berharap Segera Miliki Momongan, Jenita Janet Bakal Program Bayi Tabung?

"PGT-A merupakan teknologi bayi tabung unggulan terbaru untuk screening kromosom pada embrio yang dimiliki untuk membantu memaksimalkan keberhasilan kehamilan dalam program bayi tabung (IVF)," kata Direktur Scientific PT. Morula Indonesia, Prof. Arief Boediono. Ph.D. , Senin (23/1).

Teknologi ini memungkinkan proses seleksi embrio sehingga embrio yang dimasukkan ke dalam rahim merupakan embrio dengan kromosom normal dan diharapkan mempunyai tingkat keberhasilan hamil lebih tinggi.

BACA JUGA: Pengakuan Ifan Seventeen Soal Program Bayi Tabung, Oh Ternyata

Hal ini memberikan manfaat bagi pasangan yang memiliki kondisi sudah melakukan program bayi tabung berulang kali dan belum berhasil untuk hamil. Juga pasangan yang memiliki riwayat keguguran berulang.

"Serta bagi pasangan yang memiliki riwayat kelainan bawaan pada kehamilan sebelumnya, dan ibu yang sudah berusia lanjut," lanjutnya.

BACA JUGA: Siklus Bayi Tabung Capai 13 Ribu Lebih, Morula Indonesia Menguasai Hampir 50%

Di dalam PGT-A terdapat pemeriksaan kromosom lanjutan lainnya yaitu PGT-M (Pre Implantation Genetic Testing for Monogenic/single-gene defect).

Beberapa kelainan yang dapat dicegah dengan menggunakan teknologi PGT-M seperti di antaranya Thalassemia, Spinal Muscular Atropy, Cystic Fibrosis dan penyakit genetik lain yang bersifat menurun.

Berdasarkan studi yang dilakukan mulai Januari 2019 hingga September 2022 pada hampir 500 pasien, bahwa teknologi PGT-A membantu potensi kehamilan sebesar 68 persen di kelompok umur 38-39 tahun dan 46 persen usia di atas 40 tahun. 

Pada kelompok 38-39 tahun tersebut, persentase kehamilan dengan teknologi PGT-A lebih baik 25 persen dibanding kehamilan Non PGT-A dan di usia 40 tahun ke atas, PGT-A membantu persentase kehamilan 19 persen lebih baik dari yang Non PGT-A.

Data lain dalam penelitian mengungkapkan bahwa pasien dalam rentang usia 36-44 tahun memiliki angka kromosom normal (euploid) yang jumlahnya lebih rendah dibandingkan kromosom tidak normal (aneuploid).

Ini menunjukkan teknologi PGT-A harus direkomendasikan pasien dalam kelompok usia tersebut agar tujuan healthy embryo-healthy baby bisa terpenuhi. 

"Di sisi lain teknologi ini bisa mengidentifikasi embrio dengan kromosom seks yang normal atau sehat dengan mengidentifikasi kromosom 46 XX atay 46 XY, dalam bahasa awam dikenal dengan deteksi jenis kelamin yang normal," kata Prof Arief.

Saat ini, layanan PGT-A tersedia langsung di Morula IVF Jakarta dan juga beberapa cabang Morula IVF Indonesia lain.

Pelayanan ini sudah memperhitungkan efektivitas dari sisi biaya, yang meliputi konsultasi, USG, cek laboratorium pasangan suami istri, analisis sperma, obat stimulasi atau hormone, tindakan Ovum Pick Up (OPU), fasilitas Time Lapse/VIP Incubator, tindakan Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI), dan tindakan Embryo Transfer (ET).

"Bahwa kegagalan program bayi tabung terjadi karena sekitar 60-70 persen disebabkan karena kromosom yang tidak normal, terutama pada wanita usia di atas 38 tahun kerusakan kromosom bisa mencapai sekitar 75 persen," terang Prof Arief.

Kromosom yang abnormal yang terjadi pada saat proses pembentukan sel-sel telur, sperma dan saat perkembangan embrio, dapat menyebabkan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bahkan hilangnya atau penambahan DNA. Kelainan kromosom di atas dikenal sebagai aneuploidy. 

"Hal ini dapat menyebabkan kelainan kromosom seperti Down Syndrome dan Edwards Syndrome, dan kelainan dari kromosom jenis kelamin bayi seperti Turner Syndrome, Jakob Syndrome, Klinefelter Syndrome dan Triple X serta 60 persen keguguran,” pungkas Prof Arief. (esy/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler