jpnn.com, HULU SUNGAI TENGAH - Layanan pendidikan formal belum sepenuhnya menyentuh masyarakat adat di Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel).
Dari cerita masyarakat setempat, masih ada anak-anak di lereng pegunungan yang mengenyam pendidikan dengan fasilitas seadanya.
BACA JUGA: Mahfud MD Ungkap Grup Irjen Ferdy Sambo yang Sangat Berkuasa di Polri, Wow!
Salah satu contohnya di Dusun Mangga Jaya, Desa Aing Bantai, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten HST.
Berlokasi 73 kilometer dari pusat kabupaten yang cuma bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama empat hari, dusun Mangga Jaya hanya memiliki layanan pendidikan berupa sekolah paket A.
BACA JUGA: 6 Pelaku Obstruction of Justice di Kasus Brigadir J Semua dari Divisi Propam
Sekolah ini setara dengan SD dan baru dibentuk 2021 lalu. Kegiatan belajar mengajar di sana dilakukan dari Senin hingga Sabtu.
Meski begitu, anak-anak dusun setempat boleh dibilang belum memiliki bangunan serta fasilitas sekolah yang layak.
BACA JUGA: Profil Brigjen Herry Heryawan, Polisi Garang yang Menangkap Hercules dan Dekat Ferdy Sambo
Hal itu disampaikan guru atau tutor Sekolah Paket A Mangga Jaya, Nurdin. Menurut dia, anak didik yang belajar di sana hanya mengandalkan balai adat setempat untuk kegiatan belajar mengajar.
"Terkadang harus belajar di luar karena (balai) juga dipakai acara adat," ujar Nurdin dalam keterangan yang diterima JPNN.com, Kamis (18/8).
Mengacu data dari Sekolah Paket A Mangga Jaya, terdapat 22 siswa yang menempuh pendidikan di sana. Usianya beragam. Dari anak, remaja, hingga dewasa.
Nurdin menceritakan mereka sehari-hari diajari kemampuan dasar, seperti baca, tulis, dan berhitung (calistung). Jika sudah dianggap mumpuni, mereka baru beralih ke pengetahuan umum.
Mereka diberi ijazah setara SD setelah rampung belajar di sekolah paket. "Bisa dibilang pendidikan kita masih belum sepenuhnya merdeka. Di tempat ini, bangunan sekolah belum ada, ATK pun minim," ujarnya.
Perlu Bantuan
Kondisi layanan pendidikan seperti di Dusun Mangga Jaya, Desa Aing Bantai sudah saatnya perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah.
Harapan tersebut disampaikan oleh Koordinator Komunitas Akar Bukit Muhammad Hidayat.
Dia mengatakan dukungan yang dimaksud meliputi pembangunan wadah kegiatan belajar mengajar dan pemberian fasilitas penunjang yang layak.
Perhatian dari pemda juga dibutuhkan mengingat kasus buta huruf di wilayah ini juga masih tinggi.
Dari data yang dikantongi Komunitas Akar Rumput, persentase buta huruf di wilayah Aing Bantai dan sekitarnya berada di 75 persen.
Kondisi ini pula yang mendorong komunitas itu menyalurkan bantuan pendidikan melalui Ekspedisi Lembah Pegunungan Meratus pada 2-12 Agustus 2022 lalu.
Bantuan yang diserahkan berupa puluhan paket pendidikan yang berisi seragam pendidikan, beragam ATK untuk peserta didik, ratusan buku bacaan, paket ATK kelas, bola sepak, bendera merah putih, serta bantuan bea guru.
Dayat mengatakan posko bantuan terus terbuka bagi siapa saja yang ingin terlibat.
"Demi membangun kepedulian bersama, kami berikan wadah gotong-royong pendidikan meratus ini. Siapa pun bisa terlibat," terangnya.
Kepala Dinas Pendidikan HST M Anhar belum merespons ketika dimintai tanggapan soal kondisi sekolah paket Mangga Jaya. (mcr37/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Donny