jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa meminta semua pihak tidak membawa nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyikapi konflik internal di parpol berlambang Ka'bah itu.
Suharso mengatakan itu saat berada di panggung lokasi Bimtek anggota DPRD fraksi parpol berlambang Ka'bah se-Indonesia yang digelar di Hotel Redtop, Jakarta, Senin (5/9).
BACA JUGA: Amplop Suharso
Momen tersebut seperti terekam dalam video yang beredar di jejaring WhatsApp berdurasi 2 menit 50 detik.
Suharso dalam pidato di panggung Bimtek DPRD awalnya mengaku masih berstatus sebagai Ketum PPP.
BACA JUGA: Selawat dan Takbir Terdengar, Suharso Lalu Menyatakan Masih Ketum PPP
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu meminta tidak ada yang membawa nama Jokowi dalam konflik internal di PPP.
"Jangan bawa-bawa nama presiden, jangan bawa-bawa nama lembaga-lembaga negara dan saya juga tidak sedang membawa nama presiden dan membawa nama lembaga-lembaga negara," kata Suharso seperti terekam dalam video, Selasa.
BACA JUGA: Ketum PPP yang Baru Tajir Banget, Hartanya 10 Kali Lipat Suharso
Dia mewanti-wanti kepada pihak yang enggan mengikuti AD/ART PPP dan susah untuk berkonsolidasi untuk keluar dari partai.
"Pemilu sudah dekat kita harus konsolidasi, yang tidak mau konsolidasi minggir," tegas Suharso.
Sebelumnya, internal PPP bergejolak setelah Suharso digulingkan dari posisi ketum partai berkelir hijau itu melalui Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) yang digelar di Banten, Minggu (5/9) malam.
Mukernas tersebut menjadi tindak lanjut rapat harian yang sebelumnya digelar tiga pimpinan majelis PPP.
Posisi Suharso kemudian digantikan oleh Murdiono yang saat ini masih berstatus Plt Ketum PPP.
Ketua DPP PPP Bidang Organisasi, Kaderisasi Keanggotaan (OKK) Syaifullah Tamliha mengaky tak setuju dengan keputusan pencopotan Suharso lewat forum mukernas
Menurutnya, mukernas yang dijadikan ajang pemecatan Suharso telah menyimpang dari aturan dalam AD/ART partai.
"Mukernasnya menyimpang dari proses yang diatur AD/ART," kata Tamliha kepada wartawan di Jakarta, Senin (5/9). (ast/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Aristo Setiawan