PPPK 2021: Guru Honorer Berprestasi Lulusan S2, kok, Tidak Jadi Prioritas?

Sabtu, 16 Oktober 2021 – 18:47 WIB
Tes peserta PPPK Guru tahap II. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kalangan guru honorer masih mempertanyakan tolok ukur pemerintah menentukan penentuan kelulusan PPPK 2021 tahap I. Pasalnya, tidak sedikit guru honorer berprestasi, lulusan S2 tumbang di seleksi tahap I.

"Pemerintah ini seenaknya bikin aturan sendiri. Katanya ingin guru profesional, yang berprestasi enggak diluluskan kok," kata Eko Mardiono, pengurus Perkumpulan Honorer K2 Indonesia (PHK2I) Pusat kepada JPNN.com, Sabtu (16/10).

BACA JUGA: Ikut Tes PPPK Tahap II, Guru Honorer K2 Berserdik Malah Khawatir

Dia tidak bisa menerima dengan akal sehatnya ketika guru yang punya segudang prestasi tidak mendapatkan perhatian pemerintah hanya karena alasan bukan guru prioritas.

Menurut dia aturan yang dibuat pemerintah selama ini malah menyusahkan guru honorer K2.

BACA JUGA: Ketua Forum Honorer Sujud Syukur Mendengar Formasi PPPK 2022

Hal tersebut dibenarkan Melyani Dwi Astuti, guru honorer K2 tua yang tidak lulus formasi PPPK. Airmasi yang didapatnya dari pemerintah tidak mampu menolongnya. Ini karena Melyani bukan guru prioritas atau guru induk.

Melyani memang tercatat sebagai guru di  SDN Kupang Krajan I/604 Surabaya. Dia mulai bekerja sejak 2003 sampai sekarang di usianya yang ke-51 tahun. 

BACA JUGA: Peserta Lulus Passing Grade PPPK Guru Tahap I tetapi Tidak Ada Formasi, Wajib Daftar Ulang

Keinginan besarnya menjadi PPPK membuat guru honorer yang ikut berkontribusi menulis buku untuk memecahkan rekor MURI tersebut berupaya semaksimal mungkin.

"Saya sudah belajar banyak tetapi tersingkir dengan aturan guru induk dan noninduk,' keluh penulis ratusan buku ini.

Atep Lesmana, guru honorer K2 bersertifikasi pendidik di Kabupaten Purwakarta juga kecewa dengan aturan pemerintah. Dia menilai pemerintah tidak punya hati. Ingin guru berkualitas, tetapi peraturan sering berubah-ubah.

Dia menyebutkan banyak honorer berprestasi dan berpendidikan tinggi, tetapi tidak pernah diakui. Pemerintah selalu mengatakan honorer kurang kompetensi.

"Saya honor dari 2004 alhamdulillah sudah bisa mengejar magister pendidikan dasar walaupun telat mengejar pendidikan, tetapi tetap ingin meningkatkan kompetensi diri," tutur Atep. (esy/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur : Natalia
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler