jpnn.com, JAKARTA - Partai Gerindra sudah bulat tekad mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai capres di Pilpres 2019. Partai berlambang burung garuda itu dikabarkan akan mendeklarasikan Prabowo sebagai capres pada 11 April 2018 di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Namun, sampai saat ini partai besutan Prabowo itu masih belum menentukan siapa yang menjadi cawapres pendamping mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) itu.
BACA JUGA: Partai Koalisi Pemerintah Happy Sambut Prabowo - Anies
Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, memang ada dua kelompok terkait persoalan pencalonan presiden dan wakil presiden. Yakni, kelompok yang mengusung cawapres dari kader partai. Kemudian kelompok dari non-partai.
Riza menambahkan, partainya juga tengah mempertimbangkan berbagai nama. Misalnya, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Partai Demokrat. Selain itu ada pula sembilan nama dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) antara lain Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Presiden PKS Sohibul Iman.
BACA JUGA: Menindaklanjuti Laporan Fahri, Polda Periksa Presiden PKS
Selain itu ada pula nama Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Di luar nama-nama itu ada pula dari kalangan non-partai seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan lainnya.
BACA JUGA: Hashim Djojohadikusumo: Cawapres Prabowo Harus Siap Logistik
“Tapi, kami belum masuk dalam keputusan menentukan cawapres,” tegas Riza di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (29/3).
Dia mengatakan, partainya saat ini masih menginventarisir nama-nama itu. Partai juga berkomunikasi dengan partai lain untuk membangun sinergi positif. Riza menegaskan, keputusan siapa cawapres juga tergantung dari kesepakatan partai yang berkoalisi dengan Partai Gerindra.
Dia menegaskan partainya sudah pasti berkoalisi dengan PKS. Namun, tidak menutup kemungkinan pula berkoalisi dengan partai lain seperti PAN, PKB, hingga Partai Demokrat. “Semuanya sangat mungkin dalam politik itu,” kata Riza.
Wakil ketua Komisi II DPR itu menambahkan setelah berkoalisi, barulah nanti akan masuk pada penentuan siapa yang bakal diusung sebagai cawapres terbaik mendampingi Prabowo. Dia mengatakan tidak hanya integritas dan kompetensi yang penting dan menjadi pertimbangan.
Namun, elektabilitas juga tidak kalah penting. “Kami harapkan pasangan calon yang bisa memperoleh suara besar dan memang di Pilpres 2019,” ungkap Riza.
Dia mengatakan, cawapres tidak mesti bisa membawa 39 kursi untuk melengkapi persyaratan 112 kursi dalam pengajuan pasangan calon. Riza mengatakan, Gerindra sebagai partai pemenang Pemilu nomor tiga, cukup berkoalisi dengan siapa pun.
“Misalnya dengan PKS cukup, PAN cukup, PKB cukup, Demokrat cukup. Syukur alhamdulillah. Tapi kami yakini dan optimistis yang akan berkoalisi dengan Partai Gerindra lebih dari dua partai,” katanya.
Lebih lanjut Riza mengatakan, tokoh di luar partai juga memiliki peluang sama dengan kader menjadi cawapres Prabowo. Dia yakin, partai politik memahami dan mengerti. Sekalipun mereka sudah menyiapkan dan mendorong kader terbaiknya, tentu partai-partai itu juga akan bersikap realistis. Sebab, seat atau kursi untuk cawapres itu hanya satu orang.
Jika partai pengusung lebih dari dua, pasti tidak bisa dipaksakan semuanya mendapatkan posisi cawapres. “Jadi, satu di antara yang ada. Bukan tidak mungkin, bisa juga cawapres nanti dari luar partai pengusung,” ungkap Riza.
Dia mengatakan, pihaknya juga mempertimbangkan apakah cawapres itu diputusakan dalam waktu cepat atau setelah melihat hasil Pilkada Serentak 2018. “Kami akan lihatlah. Sekarang terus mengalir, terus berjalan mencari mana yang terbaik,” tuntasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anies Baswedan Disanjung, Isyarat jadi Cawapres Prabowo?
Redaktur & Reporter : Boy