jpnn.com - JAKARTA - Perjalanan persidangan sengketa hasil pilpres di MK yang sudah dua kali berlangsung belum memuaskan sejumlah pihak. Terutama, bagi mereka yang berharap permohonan kubu Prabowo-Hatta pada akhirnya bisa membuka berbagai modus kecurangan pemilu.
"Sayang, perdebatan yang diharapkan akan bisa membuka berbagai modus itu, nampaknya tak akan sepenuhnya menuai harapan," kata pemerhati pemilu Ray Rangkuti di Jakarta kemarin (9/8)."
BACA JUGA: Waspada ISIS Masuk ke Lingkungan Sekolah
Dia menilai, sejauh dua persidangan yang sudah berlangsung, kesaksian para saksi tentang dugaan pelanggaran terstruktur, sistemik, dan massif, terasa belum memuaskan dan meyakinkan.
Khusus terkait, dugaan pelanggaran oleh KPU di Jawa Timur sebagaimana yang dimohonkan, dia menganggap saksi-saksi terlihat seperti tidak memiliki data-data kuat.
BACA JUGA: Putusan Sidang DKPP Tunggu MK
"Padahal, kita semua berharap sidang ini dapat memberi pembuktian berlanjut betapa masih banyak persoalan teknis pelaksanaan pilpres yang tengah kita hadapi," imbuhnya.
Meski demikian, Ray menegaskan, kalau masih ada harapan untuk bisa memenuhi keinginan publik tersebut. Pasangan nomor satu sebagai pemohon sengketa, saran dia, harus benar-benar menjadikan sidang di MK sebagai wadah pembuktian kebenaran.
Hal itu penting untuk menjaga agar seluruh tahapan pilpres dapat menjadi bagian penting dari pendidikan masyarakat. "Juga penting agar citra mereka tidak makin melorot di mata masyarakat," tandasnya.
BACA JUGA: Antisipasi Ebola, Aktifkan Cek Kesehatan di Bandara
Selain itu, lanjut dia, pasangan Prabowo-Hatta, terutama tim hukumnya perlu pula menghindarkan diri permainan kata-kata yang bersifat bombastis, mengawang-awang, dan retoris.
Terutama, pernyataan yang pada tingkat tertentu lebih mengarah ke provokasi daripada argumentasi. "Jadikan MK untuk adu bukti, bukan adu agitasi," sarannya kembali.
Menurut dia, pihak Prabowo-Hatta fokus saja pada upaya pembuktian dengan berbagai data yang komplit dan meyakinkan. Yaitu, dengan menghadirkan bukti-bukti dan saksi yang kredibel. Hingga nantinya, upaya pembuktian dapat mengubah asumsi jadi fakta yang meyakinkan.
"Bila hal itu gagal, atau mereka tidak dapat membuktikan adanya TSM (terstruktur, sistematis, massif, Red) di satu daerah saja, maka potensi mereka untuk menang akan makin tipis," bebernya. (dyn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Antisipasi Ebola, Aktifkan Cek Kesehatan di Bandara
Redaktur : Tim Redaksi