JAKARTA - Calon presiden (capres) dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, meyakini koperasi bisa menjadi alat untuk membuat perekonomian nasional makin mandiri. Sebab dalam sejarahnya di Indonesia, koperasi pernah menjadi alat perjuangan bangsa dalam melawan kemiskinan.
Hal itu disampaikan Prabowo saat menyampaikan sambutan pada peluncuran buku "Sepuluh Tahun Koperasi (1930-1940)" di Hotel Kartika Candra Jakarta, Jumat (12/7). Menurutnya, koperasi bisa menjadi alat bagi kaum lemah dan miskin untuk memberdayakan diri.
Sayangnya, kata Prabowo, justru para elit saat ini tak suka dengan keberadaan koperasi. "Elite bangsa kini tidak suka koperasi, koperasi telah ditinggalkan oleh para elit," katanya.
Lebih lanjut Prabowo mengatakan, sebelum kemerdekaan Indonesia sudah ada koperasi yang berdiri. Bahkan, lanjutnya, kala itu koperasi sudah menunjukkan kemampuannya memajukan perekonimian.
Karenanya Prabowo mengajak seluruh pihak untuk kembali menggerakkan koperasi. "Kita perlu memerbaiki pandangan terhadap koperasi yang saat ini telah ditinggalkan. KUD contohnya, mampu menciptakan swa sembada pangan," paparnya.
Karenanya dalam kesempatan itu Prabowo juga menyinggung kiprah kakeknya, RM Margono Djojohadikusumo yang dikenal sebagai pelopor koperasi di Indonesia. Buku "Sepuluh Tahun Koperasi (1930-1940)" merupakan buku karya Margono yang terbit pertama kali pada 1941.
Buku yang kini diterbitkan ulang oleh Fadli Zon Library itu mendokumentasikan perjalanan koperasi semasa Indonesia masih bernama Hindia-Belanda. Kala itu, koperasi mampu menjadi penolong saat rakyat berada dalam kesulitan ekonomi.
Karenanya Prabowo meyakini koperasi dapat menjadi soko guru perekonomian nasional sebagaimana amanat dalam pasal 33 UUD 1945 tentang perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama dengat semangat kekeluargaan. "Melalui koperasi, masyarakat secara riil dan bersama-sama dapat menciptakan dan memperoleh nilai tambah, keuntungan, dan kesempatan kerja yang lebih besar," tegasnya. (ara/jpnn)
Hal itu disampaikan Prabowo saat menyampaikan sambutan pada peluncuran buku "Sepuluh Tahun Koperasi (1930-1940)" di Hotel Kartika Candra Jakarta, Jumat (12/7). Menurutnya, koperasi bisa menjadi alat bagi kaum lemah dan miskin untuk memberdayakan diri.
Sayangnya, kata Prabowo, justru para elit saat ini tak suka dengan keberadaan koperasi. "Elite bangsa kini tidak suka koperasi, koperasi telah ditinggalkan oleh para elit," katanya.
Lebih lanjut Prabowo mengatakan, sebelum kemerdekaan Indonesia sudah ada koperasi yang berdiri. Bahkan, lanjutnya, kala itu koperasi sudah menunjukkan kemampuannya memajukan perekonimian.
Karenanya Prabowo mengajak seluruh pihak untuk kembali menggerakkan koperasi. "Kita perlu memerbaiki pandangan terhadap koperasi yang saat ini telah ditinggalkan. KUD contohnya, mampu menciptakan swa sembada pangan," paparnya.
Karenanya dalam kesempatan itu Prabowo juga menyinggung kiprah kakeknya, RM Margono Djojohadikusumo yang dikenal sebagai pelopor koperasi di Indonesia. Buku "Sepuluh Tahun Koperasi (1930-1940)" merupakan buku karya Margono yang terbit pertama kali pada 1941.
Buku yang kini diterbitkan ulang oleh Fadli Zon Library itu mendokumentasikan perjalanan koperasi semasa Indonesia masih bernama Hindia-Belanda. Kala itu, koperasi mampu menjadi penolong saat rakyat berada dalam kesulitan ekonomi.
Karenanya Prabowo meyakini koperasi dapat menjadi soko guru perekonomian nasional sebagaimana amanat dalam pasal 33 UUD 1945 tentang perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama dengat semangat kekeluargaan. "Melalui koperasi, masyarakat secara riil dan bersama-sama dapat menciptakan dan memperoleh nilai tambah, keuntungan, dan kesempatan kerja yang lebih besar," tegasnya. (ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bunga Kredit Siap Melejit
Redaktur : Tim Redaksi