jpnn.com - JAKARTA - Prabowo Subianto punya kans besar mengalahkan Ganjar Pranowo jika bertarung satu lawan satu pada Pilpres 2024.
Itu hasil temuan dari survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research pada 28 April-2 Mei 2023.
BACA JUGA: Serangan ke Prabowo Makin Masif, Dasco Minta Kader Gerindra Tak Membalas
Survei melibatkan 1.200 responden melalui telepon. Sampel dipilih melalui metode random digit dialing (RDD) atau pembangkitan nomor telepon secara acak, dengan margin of error survei sebesar kurang lebih 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Prabowo dan Ganjar berpotensi maju sebagai capres dan dalam skenario head to head Prabowo berpeluang menang melawan Ganjar," kata Direktur indEX Research Vivin Sri Wahyuni, Minggu (7/5).
BACA JUGA: Anies Sudah Punya 5 Bakal Cawapres, Luhut Binsar Hormat, Jokowi Jangan Begitu
Temuan survei indEX Research menunjukkan elektabiltas Ganjar naik dari 21,4 persen pada survei akhir Maret 2023 menjadi 22,1 persen pada survei terbaru. Namun, posisi unggul tetap diduduki Prabowo Subianto yang elektabilitasnya melejit hingga mencapai 24,8 persen.
BACA JUGA: Ganjar Bakal Melanjutkan & Mengakselerasi Program Andalan Jokowi
Sementara itu, mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyusul pada peringkat ketiga dengan elektabilitas sebesar 18,2 persen. Dengan tren tersebut, Prabowo berpeluang berhadapan dengan Ganjar jika masing-masing diusung sebagai capres.
Menurut Vivin, pilihan Ganjar untuk tunduk pada arahan PDI Perjuangan terkait Piala Dunia U-20 memberikan konsekuensi elektoral dengan merosotnya elektabilitas secara tajam.
Namun, gerak cepat PDIP mendeklarasikan Ganjar sebagai bakal calon presiden mencegah elektabilitas pria berambut putih itu turun lebih dalam.
Menurut Vivi, pencalonan Ganjar juga tidak hanya membendung laju koalisi besar, tetapi berpotensi membuyarkan peta semua koalisi.
Gagasan pembentukan koalisi besar muncul seusai Presiden Jokowi mengundang para pimpinan parpol pendukung pemerintahan saat ini (kecuali Nasdem).
"Dalam beberapa waktu ke depan, rivalitas antara Prabowo dan Ganjar berpeluang makin keras jika rencana merger koalisi besar dengan PDI Perjuangan tetap didorong dan Prabowo maupun Ganjar enggan menjadi sekadar cawapres," kata Vivin.
Dia pun mengatakan kemungkinan berubahnya peta koalisi bisa mengancam peluang Anies Baswedan melaju sebagai capres.
"Partai-partai yang tergabung dalam koalisi perubahan (Nasdem, Demokrat, dan PKS) bisa menjadi sasaran tarik menarik koalisi yang lain. Apalagi siapa bakal cawapres Anies masih belum diputuskan," ujar Vivin.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), pasangan capres dan cawapres diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Saat ini, ada 575 kursi di parlemen, sehingga pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Bisa juga pasangan calon diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara. (antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan