jpnn.com, JAKARTA - Ketum Gerindra sekaligus bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto mengumumkan Wali Kota Solo sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal cawapres pada Minggu (22/10) malam.
Pengumuman itu berdampak sentimen negatif terhadap pasar. Pengumuman Gibran sebagai cawapres Prabowo langsung mempengaruhi pasar keuangan Indonesia. Pada Senin (23/10) pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebesar 1,57 persen ke level 6.738,58 poin.
BACA JUGA: Respons Deklarasi Prabowo-Gibran, PDIP Singgung Keluarga dan Ambisi
Mata uang Rupiah Indonesia (IDR) juga melemah, mendekati level psikologis baru di Rp 16.000/US$. Rupiah berada di Rp 15.944/US$, mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dan menjadi mata uang paling lemah di Asia.
IHSG terus anjlok 108,259 poin atau 1,58 persen ke level 6.740,809 pada perdagangan Senin (23/10) pagi.
BACA JUGA: Pejuang Bunda Pertiwi Sepakat Menangkan Prabowo di Pilpres 2024
Keputusan Prabowo untuk menggandeng Gibran sebagai cawapres dinilai telah menciptakan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar terkait ketidakpastian hasil Pilpres 2024.
"99 persen akan berlangsung pilpres dua putaran. (Pelaku) pasar makin pusing, ditambah sentimen regional juga," kata Lionel Prayadi, Senin (23/10).
BACA JUGA: Prabowo Ungkap Alasan Gibran bin Jokowi Tak Hadiri Deklarasi Cawapres
Sebelumnya, beberapa pelaku pasar memperkirakan Pilpres 2024 akan berlangsung lancar dalam satu putaran dengan calon yang dianggap ramah terhadap pasar.
Namun, dengan munculnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menuai kritik keras karena dianggap ada benturan kepentingan politik, maka pasangan Prabowo-Gibran berada dalam posisi yang rentan terhadap sentimen negatif pasar.
"Yang menjadi dasar Gibran maju (putusan MK) masih bisa digugat dan bila akhirnya dia (Gibran) gagal maju, bagaimana? Anies bisa menang apabila hal itu terjadi," kata Lionel.
Ketidakpastian makin bertambah dengan 'pecah kongsi' yang antara PDI Perjuangan dan keluarga Presiden Jokowi. Hal itu dilihat pasar bisa menciptakan ketidakpastian baru terkait hasil Pemilu 2024.
Para investor saat ini cenderung defensif dengan mengurangi eksposur mereka di pasar saham dan surat utang, sebagai upaya mengantisipasi tekanan jual yang diperkirakan akan berlanjut setidaknya sampai ada kepastian politik yang lebih jelas.
Sementara Head of Research Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya mengatakan selain soal sentimen capres-cawapres, bursa saham juga dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang di luar proyeki analis.
"Lalu Pak PBW (Prabowo) pasangannya enggak sesuai ekspektasi pasar, apalagi kemarin sempat beredar foto pendaftarannya. Jadi market lagi menerka dengan posisi capres dan cawapres sekarang, bagaimana prospek ekonomi dan bisnis ke depannya," kata Cheryl. (cuy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2 Masalah Hukum yang Mungkin Muncul dari Pencalonan Gibran
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan