Prabowo Vs Jokowi di Jateng Memanas

Timses Nomor Urut 1 Klaim jadi 'Korban'

Selasa, 17 Juni 2014 – 14:24 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Penasihat tim pemenangan pasangan calon presiden Prabowo-Hatta daerah Jawa Tengah (Jateng), Suryo Prabowo menyatakan elektabilitas Prabowo-Hatta di Jateng semakin membaik.

Namun buntutnya, menurut Suryo, tim sukses pasangan capres nomor urut 2 di Jateng, malah terkesan menghalalkan segala cara agar capres dan cawapres yang mereka dukung bisa menang di Jateng.

BACA JUGA: Tagih Janji Mentan Angkat Penyuluh dan THL jadi CPNS

"Elektabilitas Prabowo-Hatta naik tajam di Jawa Tengah. Mereka menempuh cara PKI, menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan. Di Semarang terlihat indikasi pengerahan PNS dalam kampanye, dibungkus dengan acara deklarasi. Bahkan di toko buku ternama di Semarang penjualan buku-buku tentang Prabowo seolah dicekal. Ketika saya tanya, pramuniaga malah merayu saya membeli buku capres lain. Jika hal ini dibiarkan bisa jadi metode "menghalalkan segala cara" yang merupakan cara favorit digunakan oleh PKI di tahun 1960-an terulang kembali," kata Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo melalui rilisnya, dalam acara deklarasi dukungan keluarga besar TNI-Polri untuk Prabowo-Hatta, se Karesidenan Surakarta, di gedung Giri Cahaya, Wonogiri, Selasa (17/6).

Menurut Suryo, seminggu lebih dirinya keliling kota di Jateng banyak spanduk Prabowo-Hatta yang dirusak.

BACA JUGA: Konjen Kedubes AS Dampingi Kepsek dan Guru JIS

"Mereka seperti kesurupan, panik karena Jawa Tengah dikenal basis merah ternyata banyak yang merah putih. Segelintir orang yang melakukan tindakan brutal secara masif di Semarang, Jepara dan Solo berupa pengrusakan baliho dan spanduk pasangan capres nomor 1. Tidak hanya itu, di Solo bahkan terjadi intimidasi terhadap penduduk yang dilakukan dengan cara memasang spanduk di gapura jalan dan di mulut gang sebagai klaim bahwa rakyat di situ adalah milik mereka," ungkapnya.

Selain itu lanjutnya, isu SARA juga kembali dihembuskan untuk memberi stigma koalisi merah putih merupakan kumpulan Islam garis keras yang tidak memberi kesempatan pada kelompok nonmuslim.

BACA JUGA: Choel Mallarangeng: Pemeriksaan Hanya Copy Paste

"Yang lebih memprihatinkan lagi digunakannya isu SARA bahwa koalisi merah putih adalah kumpulan dari partai Islam garis keras yang tidak memberi peluang bagi nonmuslim untuk tampil dan membenci etnis Batak. Sementara mereka adalah kumpulan nonmuslim dan etnis Tionghoa yang tertindas. Ini jelas ngawur. Buktinya banyak sekali sahabat Prabowo yang berasal dari etnis Tionghoa dan Batak. Saya sendiri non-muslim dan istri saya orang Batak dari marga Sembiring," tegasnya.

Terhadap aksi menghalalkan segala cara tersebut Suryo menghimbau kepada koalisi merah putih tidak tidak terpancing.

"Kita, koalisi merah putih tidak akan menyikapinya dengan kebrutalan seperti mereka. Kita sadar cara seperti itu tidak akan mampu memenangkan hati rakyat. Para relawan diharapkan dapat melakukan kampanye damai dan sejuk. Berikan pencerahan kepada masyarakat dari rumah ke rumah untuk merebut hati rakyat. Bersama aparat TNI/Polri membangun penciptaan rasa aman, utamanya dalam membasmi aksi premanisme. Kita bebaskan rakyat dari berbagai rasa takut dan intimidasi," imbuh Suryo Prabowo.

Dukungan keluarga besar TNI-Polri untuk Prabowo-Hatta, se Karesidenan Surakarta terdiri dari FKPPI, PPM, KBPPP, Pepabri, PPAD, PPAL, PPAU, PP, Perib Abri Polri, Veteran, LVRI, Warakawuri dan keluarga. Acara dihadiri oleh Jenderal (Purn) Djoko Santoso, tokoh Jawa Tengah Begug Purnomo Sidi dan puluhan perwira tinggi purnawirawan TNI.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nadya Mulya: Ayah Saya Dikorbankan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler