Praktik Penjualan Handphone yang Patut Diwaspadai

Rabu, 15 Oktober 2014 – 01:25 WIB
Praktik Penjualan Handphone yang Patut Diwaspadai. JPNN.com

jpnn.com - Membeli ponsel baru pun harus berhati-hati, meski tingkat kewaspadaannya tak perlu setinggi kala meminang ponsel bekas. Seringkali seseorang langsung gelap mata saat melihat penawaran ponsel terbaru dengan harga miring. Akal sehat lenyap, digantikan hawa nafsu yang membuncah. Berikut aneka praktik penjualan yang wajib Anda waspadai.

Barang mimpi

BACA JUGA: Mark Zuckerberg Sebut Jokowi Jadi Presiden Karena Facebook

Seorang penjual mengaku memiliki stok aneka ponsel yang dijual dengan harga miring. Dibandingkan harga pasar, harga yang dipatoknya nyaris cuma setengah harga. Samsung Galaxy S5, contohnya, yang harga pasarnya mendekati Rp 7 juta hanya dijual Rp 3,5 juta. “Kami bisa menjual murah karena mengambil langsung dari pabriknya. Kalau tak percaya, silakan datang ke kantor kami di jalan bla… bla… bla… Batam.” Begitu yang tertulis di situs penjual tersebut.

Kalau melihat tawaran seperti itu, saran penulis, langsung lupakan. Pabrik ponsel tak sama dengan pabrik makanan berskala industri rumahan. Memangnya si penjual itu sanggup kulakan berapa juta unit Galaxy S5 sehingga bisa langsung membeli di pabrik Samsung? Mustahil. Alamat yang disebutkannya, kalau dikunjungi pasti juga tidak benar. Entah itu rumah/kantor milik orang lain atau malahan tidak ada alamat tersebut. Penjual mencatut nama Batam karena daerah itu buat sebagian orang masih identik dengan pusat penjualan barang elektronik berharga miring.

BACA JUGA: Jokowi Gembira Blusukan Bersama Mark Zuckerberg

Bila Anda tetap nekat bertransaksi, percayalah… yang Anda beli bukan ponsel terbaru melainkan barang mimpi. Uang melayang, lalu selamat memimpikan ponsel idaman Anda tiba. Barang BSB. Ini maksudnya barang bekas seperti baru. Jadi, ponsel yang dijual sebenarnya barang bekas. Namun, karena masih sangat mulus, penjual mengklaimnya sebagai barang baru. Penjual menawarkannya dengan harga sama atau sedikit lebih rendah dibandingkan harga pasar.

Pembeli yang sangat peka harga dan lengah berpotensi terjerat. Ia membeli ponsel yang diyakini baru, padahal sebenarnya ponsel bekas yang masih sangat mulus. Pembeli itu senang karena merasa dirinya telah berhemat, sedangkan si penjual nakal juga tersenyum lebar lantaran sukses meraih keuntungan besar.

BACA JUGA: Acer Liquid E700, Tampil Elegan dengan 3 Slot Kartu GSM

Tidak orisinal

 Ponsel yang dijual benar-benar baru. Kalau penjual menyatakan bergaransi resmi, ponsel itu memang sungguh bergaransi resmi. Masalahnya, penjual sebelumnya telah bertindak “kreatif”. Sebagian isi paket penjualan telah diganti dengan produk bukan orisinal. Misalnya, charger dan baterai bawaan diganti produk berlogo sama, tetapi palsu dan berkualitas lebih rendah.

Dilihat dari harga penawaran awal, praktik ini lumayan sulit dideteksi. Sebab, penjual biasanya mematok harga jual sama dengan harga pasar. Kalau pun lebih murah, hanya berbeda Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu yang masih dapat dikategorikan wajar. Sampai di sini mungkin muncul satu pertanyaan di benak Anda. “Charger dan baterai orisinal yang diambil itu lalu dibuat apa?” Jawabannya, ya dijual. Harga aksesori orisinal pasti lebih mahal daripada aksesori palsu berkualitas ala kadarnya. Nah, dalam hitung-hitungan akhir, total keuntungan yang diraup penjual nakal itu akan lebih besar.

Bukan garansi resmi

Garansi resmi yang dimaksud di sini adalah garansi yang dianggap resmi di mata produsen ponsel sekaligus pemerintah Indonesia. Penulis kali ini mencontohkan BlackBerry. Ponsel BlackBerry yang dinilai bergaransi resmi adalah yang didistribusikan oleh TAM, SCM, dan Trikomsel/Comtech. Peranti BlackBerry bergaransi pihak lain, misalnya, Bless, Berrindo, WII, BBM, dan RIM lebih tepat dianggap sebagai garansi distributor independen.

Produk itu resmi di mata pemerintah, tetapi oleh produsen ponsel dianggap sebagai tidak resmi. BBM dan RIM apakah juga termasuk tak resmi? Iya. Jangan tertipu, BBM di sini bukan bermakna BlackBerry Messenger. RIM-nya juga bukan Research In Motion. Risiko membeli ponsel BlackBerry bergaransi tidak resmi sudah jelas. Layanan purna jual biasanya kurang terjamin.

Intinya, siap-siap beradu keberuntungan dan melatih kesabaran. Pusat perbaikan resmi BlackBerry juga takkan melayani klaim garansi atas ponsel tersebut. Hal lain, tingkat kebaruan BlackBerry non-resmi tipe tertentu sangat pantas diragukan. Yang dibilang ponsel baru, realitanya mungkin yang baru casing-nya saja. Sedangkan bagian dalamnya, hmm… jangan kaget kalau seolah usai menjalani operasi berat.

Replika

 “Her, aku dapat tawaran Galaxy Note 3 murah. Barang sitaan bea cukai. Made in Korea asli. Mau titip ta? Cuma Rp 2,5 juta,” ujar teman kuliah penulis yang suatu malam menelepon. Tanpa berkomentar banyak, penulis langsung menjawab, “Nggak. Kamu jangan iseng beli. Itu pasti barang palsu.” Peredaran ponsel replika belakangan ini memang gencar. Nyaris semua yang dijual di sini memajang merek Samsung.

Harga jualnya puluhan persen di bawah harga baru. Untuk memikat calon korban, biasanya penjual menyatakan ponsel Samsung BM, buatan Korea asli, barang dari Batam, atau barang sitaan bea cukai. Konsekuensi membeli ponsel replika, spesifikasi dan kinerjanya takkan semantap barang asli. Kalau rusak, siap-siap mengalihfungsikan ponsel itu sebagai pemberat kertas atau pengganjal pintu. (Nyata)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebelum Bertemu Mark Zuckerberg, Jokowi Update Status di FB


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler