Praktisi SDM Perlu Antisipasi 3 Transformasi Ketenagakerjaan

Selasa, 06 November 2018 – 20:52 WIB
Menaker Hanif Dhakiri. Foto: Humas Kemenaker

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengingatkan praktisi manajemen sumberdaya manusia (MSDM) agar memberi perhatian khusus terhadap masalah transformasi industri, transformasi pekerjaan dan transformasi skill.

Ketiga transformasi di bidang ketenagakerjaan tersebut diyakini akan memengaruhi seluruh pola hubungan di dalam bisnis/perusahaan di Indonesia.

BACA JUGA: Indonesia-Yordania Komitmen Lindungi Pekerja Migran

"Ini merupakan tantangan yang kita harus lalui dan selesaikan. Saya meyakini praktisi HR (human resources) termasuk orang-orang penting, harus terlibat dalam transformasi" ujar Menaker saat menjadi keynote speaker acara Conference Chief of Human Resources Officer (CHRO) yang digelar Perhimpunan Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM Indonesia) di Jakarta, Selasa (6/11/2018).

Hanif mengatakan di era digitalisasi atau otomatisasi sekarang ini pola-pola hubungan kerja akan berubah, kepemilikan (perusahaan) akan berubah, dan cara pengembangan karir juga akan berbeda dengan masa lal

BACA JUGA: BNP2TKI Partisipasi Dalam Trade Expo Indonesia (TEI) 2018

Hanif mencontohkan industri baru berbasis e-commerce seperti gojek, grab dan lainnya, hubungan kerjanya sulit untuk diverifikasi. ILO bahkan menyebutnya sebagai the new form of employment.

"Jadi mereka menyebut sebagai partner, mitra, tapi juga rasa-rasa pekerja. Mitra rasa pekerja. Pekerja rasa mitra, jadi ga jelas dan perlu pembahasan lebih lanjut " kata Hanif.

BACA JUGA: Menaker Hanif: Peningkatan Kompetensi SDM Harus Dipercepat

Hanif mengatakan sangat banyak hal mengalami perubahan sebagai dampak perkembangan teknologi informasi massif dan cepat, yang akan merubah semua hal tersebut.

"Ini PR para praktisi MSDM untuk memastikan agar orang seperti saya punya masa depan. Kalau tak memiliki gagasan atau terobosan untuk mengelola dunia baru yang penuh perubahan ini, terus kita-kita ini bagaimana? Jangan sampai perubahan dunia ini membuat saya tak punya karir, " katanya.

Di Indonesia, kata Hanif, tantangan praktisi MSDM cukup besar yakni tak adanya karir terhadap 33juta pekerja Indonesia.

Yang mengkhawatirkan adalah 33 juta pekerja Indonesia terjebak dalam posisi sama di level terbawah di sebuah industri.

"Ini juga harus diberi perhatian. Ketika tak memiliki karir, maka masa depan generasi berikutnya akan bermasalah, Jika tantangan ini tidak bisa dihadapi, maka di tahun 2020-2030, saat Indonesia mengalami bonus demografi, maka kita akan menghadapi bencana besar, " ujarnya.

Hanif menambahkan pemerintah telah membuat tripple skilling (skilling, re-sklinng dan upskilling) untuk memastikan agar warga negara memiliki keterampilan dan atau kompetensi sekaligus memiliki kemampuan meng-update maupun merubahnya dalam waktu tak terlalu lama.

“Kita harus beri akses dan kesempatan masyarakat untuk mengubah skill-nya dengan cepat pula. Akses dan mutu people skilling saat ini sedang kita genjot di Kemnaker dan tempat-tempat latihan yang dimiliki pemerintah, “ katanya.

Hanif menambahkan meski menghadapi banyak tantangan, praktisi MSDM juga diminta bersikap optimistis dan berpikir positif. Karenanya mari kita terus sambut perubahan ini dengan semangat positif dan penuh optimisme.

“Revolusi industri memiliki dampak luar biasa. Tetapi percayalah, pada akhirnya manusia akan mampu bertahan memghadapi perubahan yang cepat tersebut, “ ujar Hanif. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peningkatan Kualitas SDM akan Tarik Banyak Investasi


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler