Pramono Anung, Politikus yang Juga Kolektor Ratusan Lukisan

Rumah Bak Galeri, Gilir Koleksi yang Dipajang

Sabtu, 01 Januari 2011 – 08:38 WIB
Pramono Anung di depan salah satu lukisan koleksinya. Foto : Priyo H/Jawa Pos

Di balik kesehariannya sebagai politisi di Senayan, Wakil Ketua DPR Pramono Anung adalah sosok pengagum seni, khususnya lukisanSeperti apa koleksinya?
 
====================== 
  PRIYO HANDOKO, Jakarta
====================== 

BILA dilihat sepintas, rumah di Jalan Haji Ambas, Jakarta Selatan, itu tampak seperti layaknya rumah mewah biasa

BACA JUGA: Timnas Merah Putih setelah Gagal Raih Trofi AFF 2010

Halaman luas tertata apik penuh tanaman yang menyejukkan mata
Tak jauh dari pintu masuk, terparkir tiga mobil sedan

BACA JUGA: Ketika Banyuwangi Punya Bandara dan Penerbangan Komersial

Salah satu di antaranya, Toyota Lexus hitam
Di dalam pos yang berada di dekat gerbang rumah itu dua petugas keamanan berjaga dengan santai.
 
Namun, suasana berbeda terasa begitu melangkah masuk ke ruang tamu rumah tersebut

BACA JUGA: Tarik Pengunjung, Undang Grup Rock Scorpions

Kesan itu tidak muncul dari piano hitam di tengah ruangan atau kolam renang berukuran 7 x 15 meter yang berada tepat di kanan ruang tamuNamun, bagian dalam rumah tersebut tak ubahnya galeri lukisanBerbagai lukisan menutupi hampir semua bagian dinding.

"Ya, begini iniAda lukisan di mana-manaHampir di semua bagian rumah," tutur Pramono Anung, sang pemilik rumah, awal pekan lalu (21/12)Siang itu Pram -begitu dia biasa disapa- berkenan menunjukkan koleksi lukisannya yang kini lebih dari 200.
 
Jumlah lukisan yang melampaui "daya tampung" dinding rumah itu membuat Pram terpaksa harus menggilir lukisannya secara rutin untuk dipajangBiasanya, 2?3 bulan sekali"Jadi, yang mejeng di dinding ini selalu diputar supaya yang lain juga bisa terpasangBiar nggak ada yang iri," kata Sekjen DPP PDIP periode 2005?2010 itu, lantas tersenyum.
 
Salah satu koleksi Pram di ruang tamu adalah hasil goresan tangan Utomo yang dibeli pada 2009Di kanvas tampak gambar sepasang kaki wanita mengenakan sepatu hak tinggi berwarna merahTetapi, modelnya berbedaDengan nada bercanda, Pram menjelaskan bahwa itu bukan gambar perempuan yang salah mengenakan sepatu.

"Pesan yang ingin disampaikan pelukis adalah pembaruan, buang yang lama, ganti yang baruTapi, tetap sama-sama merah," kata Pram kembali tersenyum penuh arti

Alumnus Teknik Pertambangan ITB pada 1988 itu rupanya sangat kenal dengan sosok UtomoBahkan, sudah sepuluh lukisan Utomo yang menjadi koleksinya"Utomo sekarang tinggal di JermanSaya kira lukisannya akan bernilai tinggi karena punya ciri khas," jelas Pram dengan sangat fasih.
 
Pram lalu mengajak ke ruang lain yang tak jauh dari ruang tamuSepanjang lorong ruang itu penuh dengan lukisan koleksinyaPram menunjukkan lukisan karya AwikiAwalnya sulit memahami lukisan yang tampak sangat abstrak itu"Belum kelihatan ini lukisan apa ya?" tanya Pram, lantas terkekeh
 
Sambil menggandeng Jawa Pos, dia mengajak mundur empat langkah"Bagaimana sekarang, sudah kelihatan?" tanyanya lagi.
 
Dari posisi itu, wujud lukisan tersebut terlihat sangat jelasTernyata lukisan itu berobjek lima petani bercaping sedang memanen rimbun padi yang menguning"Awiki itu matanya minus 17Jadi, kalau melukis, matanya mepet sekali dengan kanvas," jelas Pram.
 
Karya-karya Awiki sangat unikSebab, cat minyak yang dia gunakan menumpuk seperti gumpalan 2?3 cm di kanvasBukan lukisan dengan goresan yang halusUntuk menikmatinya, seseorang harus mengambil jarak setidaknya empat meter dari lukisanDari jarak dekat lukisan itu lebih mirip adonan lumpur berwarna-warni"Tapi, justru itu yang membuat istimewa," kata Pram lagi
Awiki membuat lukisan itu pada 1997Pram baru mendapatkan lukisan tersebut setelah 2000Belasan lukisan karya sejumlah pelukis era Bung Karno juga disimpan PramAda karya Rustamaji, Koempoel, dan Le Man Fong"Le Man Fong lama tinggal di Bali dan meninggal di Singapura," cerita pria kelahiran Kediri, Jawa Timur, 11 Juni 1963, itu.
 
Lukisan Le Man Fong yang dimiliki Pram rata-rata sudah berumur di atas 40 tahunAda lukisan sepasang ayam jago dan betina, ada pula lukisan sepasang kelinci"Paling ini juga kelinci jago dan betina, eh maksudnya jantan dan betina," ralat Pram.
 
Lukisan Le Man Fong yang lain menggambarkan seorang pria tengah duduk jongkok sambil mengelus ayam jago aduanTidak tampak ekspresi wajah pria yang mengenakan udeng khas Bali ituSebab, posisi kepalanya agak menundukMeski begitu, Pram mengatakan bisa menangkap makna yang sangat dalam dari lukisan tersebut"Terlepas dari pro-kontra adu ayam, lukisan ini tentang perenungan orang, tentang hope (harapan, Red)," tutur Pram.
 
Lukisan koleksi Pram memang tergolong berkualitas tinggiMulai karya klasik Raden Saleh hingga Basoeki Abdullah"Coba lihat retak-retak di cawan iniUntuk aliran naturalisme, Basoeki is the best," katanya sambil menunjukkan sebuah lukisan bunga sepatu lengkap dengan pot karya Basoeki Abdullah.

Pram juga memiliki lukisan karya Sasya Tranggono, seorang pelukis cat minyak dengan spesialisasi objek bunga yang terkenal di kalangan perempuanAda juga Camdani dengan lukisan pemain terompet yang bergaya impresionis, Mayeur yang menampilkan suasana masyarakat Bali, dan Dirot, pelukis kelahiran Cirebon spesialisasi panen ikan nelayan.
 
"Dirot, anak nelayanMungkin itu yang memengaruhi karyanyaSekarang lukisannya termasuk yang dicari orang," ujar Pram.
 
Sebuah lukisan karya Nur Gede Pama yang dikenal sebagai pelukis jempol ikut melengkapi daftar koleksi PramonoPredikat itu diberikan karena Nur Gede Pama kerap melukis tidak menggunakan kuas, tetapi dengan ibu jarinyaSalah satu "lukisan jempol" yang dimiliki Pram menampilkan penari Bali yang tengah meliuk dengan indahnya.
 
Ada juga lukisan karya Mosses, Edi Markas, Sri Hadi, dan Hendra"Sri Hadi kalau menggambar ikan jumlahnya selalu sembilanHendra khas dengan objek lukisannya yang tampak meletat meletot," ungkap Pram sambil memperlihatkan lukisan seorang wanita tua penjual ikan karya Hendra.

Sebuah lukisan lain menampilkan suasana masyarakat pedesaanLucunya, orang-orang berpakaian adat Jawa di lukisan itu terlihat gemuk-gemuk"Ini lukisan Toto SunuBeliau termasuk pelukis kesukaan Pak Harto (mantan Presiden Soeharto, Red)Orang-orang gemuk itu memang ciri khasnya," terang orang dekat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu

Ada lima karya Toto Sunu yang dimiliki PramSalah satu di antara karya itu saat ini menghiasi ruang kantor Pram di gedung DPR, Senayan

Pram juga menyimpan sepuluh lukisan karya Cak Kandar, pelukis asal SurabayaAda juga lima lukisan karya budayawan Sujewo Tejo"Ini masterpiece?nya TejoGambar semar yang menyatu dengan huruf-huruf ha na ca ra ka dan ArabLukisan ini mengajarkan bahwa orang itu harus tahu kapan saatnya nundukFilsafatnya dalam sekali," katanya.

Meskipun rela menunjukkan lukisan koleksi pribadinya, Pram tetap tidak mau berbicara soal harga setiap lukisan"Kira-kira berapa, ya? Itu rahasia," ujar Pram.

Dia memilih untuk terus memamerkan puluhan lukisan yang masih banyak tersebar di rumahnyaMulai ruang kerja, ruang keluarga, ruang makan, ruang gym di lantai 2, kamar tidur, hingga lorong-lorong pendek penghubung antar ruangan penuh dengan lukisanSebuah lukisan sensual karya Antonio Blanco menghangatkan dinding kamar mandiBahkan, di kamar putrinya terdapat lukisan Ella Wijt dengan objek strawbery berwarna merah menggoda.

"Ella Wijt itu pelukis mudaUmurnya baru 20 tahunanSaya optimistis, dia ini bakal jadi," kata Pram yang punya enam karya Ella Wijt.

Lukisan tertua yang dimiliki Pram adalah lukisan komik pewayanganDi atas selembar kanvas terdapat 49 gambar berukuran kecil berjejerAda tulisan huruf ha na ca ra ka di setiap gambar sehingga mirip komikPram mengaku mendapatkan lukisan itu di Ubud, Bali, saat mendampingi Megawati yang tengah berkelilingLukisan tersebut bercerita tentang harmoni orang Bali dalam berinteraksi dengan alamTak jelas siapa pelukisnya.

"Ini masih tradisional sekaliMelukisnya nggak pakai cat minyakMasih pakai perwarna alami dari tumbuh-tumbuhanIni banyak dicari orang, lhoMungkin di antara koleksi saya, masterpiece-nya ini," ujar Pram yang suka mengayuh sepeda minimal dua kali seminggu.

Saat ditanya harga lukisan "komik wayang"-nya itu, Pram lagi-lagi menolak membocorkannya"Memang ada harganya"? jawabnya, lantas tergelak.

Dia mulai mengoleksi lukisan pada 1993Saat itu, Pram baru saja lulus program S-2 dari Magister Management UGM, JogjakartaSaat itu dia belum terjun penuh ke dunia politikBahkan, dia masih menjadi direktur dan komisaris di sejumlah perusahaanMisalnya, direktur PT Tanito Harum, Jakarta; direktur PT Vietmindo Energitama, Vietnam; dan komisaris PT Yudhistira Haka Perkasa, Jakarta"Dulu kalau beli lukisan selalu yang ada sawahnya," kata Pram
 
Meskipun senang lukisan, Pram mengaku sama sekali tidak bisa melukis"Untungnya mata saya bisa melihat lukisan dengan baikJadi, mengoleksi lukisan ini boleh dibilang sebagai kompensasi dari dendam saya nggak bisa melukisSawah gunung saja nggak bisa," ujar suami Endang Nugrahani itu.
 
Pram memperoleh koleksinya itu dengan berbagai caraMulai mengikuti lelang hingga berburu ke galeri"Kalau pas ke luar negeri, objek yang pasti saya cari adalah lukisan," katanya
 
Selain itu, Pram sering mendapat hadiah dari pelukis yang kadang dibantunya saat hendak menggelar pameran"Kalau mau pameran, kan membutuhkan bujet di awalNah, saya biasa bantu, terus mereka kasih lukisan," tandasnya(*/c4/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiat Publik Sepak Bola Malaysia Bangkit dari Mati Suri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler