jpnn.com, JAKARTA - Pergerakan rupiah yang kembali terdepresiasi pada akhir pekan lalu diharapkan tidak berlanjut melemah.
Sebab, rupiah masih bertahan di atas target support Rp 13.315 per USD.
BACA JUGA: Waspada! Uang Palsu Marak di Pantura
Menurut Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, pergerakan rupiah sangat mungkin kembali melemah tipis seiring dengan meningkatnya permintaan akan USD.
Namun, berbagai ekspektasi positif di pasar domestik diharapkan masih bertahan sehingga berimbas bagus bagi pergerakan rupiah.
BACA JUGA: Ini Prediksi Pergerakan Rupiah pada 2018
”Diperkirakan, rupiah bergerak pada kisaran support Rp 13.316 dan resisten Rp 13.278,” ujarnya akhir pekan kemarin.
Sementara itu, analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan, akhir pekan lalu pasar cenderung ambil untung.
BACA JUGA: Penguatan Rupiah Masih Bisa Terhambat
Pertengahan pekan lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menaikkan bea impor penjualan panel surya sebesar 30 persen untuk mendorong pertumbuhan penjualan industri.
Pekan ini laju USD terhambat karena kebijakan bea impor tersebut bisa berdampak pada perekonomian AS.
Sebab, AS merupakan mitra impor sekaligus ekspor barang-barang Tiongkok.
”Pelaku pasar khawatir ada perang dagang karena Tiongkok pengekspor solar panel terbesar,” tuturnya.
Dia memperkirakan rupiah awal pekan ini bergerak di rentang Rp 13.310 hingga Rp 13.270 per USD.
Pekan lalu rupiah ditutup melemah 0,13 persen ke level Rp 13.306 per dolar AS (USD) di pasar spot.
Namun, rupiah masih menguat 0,08 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan, rupiah menguat 0,21 persen ke level Rp 13.303 per USD secara mingguan. (rin/c16/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Tahun Jokowi Memerintah, Rupiah Masih Lemah
Redaktur & Reporter : Ragil