Premium tak Ramah Lingkungan? Pemerintah Kemana saja..

Minggu, 19 April 2015 – 11:30 WIB
Ilustrasi

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat energi Sofyano Zakaria nampak geram dengan alasan yang dikemukakan pemerintah untuk menyodorkan bahan bakar minyak (BBM) jenis baru, pertalite sebagai pengganti premium. 

Salah satu alasan hadirnya pertalite ini disebut karena premium tidak ramah lingkungan. Padahal sudah berpuluh tahun, Indonesia menggunakan BBM jenis premium.

BACA JUGA: Awas! Pertalite Mungkin Cuma Akal-Akalan Pemerintah Naikkan BBM

"Sejak zaman orde baru, negeri ini juga sudah menggunakan premium, malah di bawah RON 88," ungkap Sofyan, Minggu (19/4).

Atas pernyataan tersebut, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) ini meminta agar pemerintah menjelaskan secara detail kepada masyarakat. Apa saja dampak dari penggunaan premium jangka panjang terhadap lingkungan dengan disertai hasil nyata penelitian tersebut. 

BACA JUGA: BG Calon Kuat Wakapolri, KPK Janji Tak Merecoki

Sebab, sepengetahuan Sofyan, belum ada survei atau penelitian dampak dari penggunaan premium secara berkelanjutan. "Jika pemerintah membuat alasan bahwa premium tidak ramah lingkungan, maka pemerintah harusnya mampu menjelaskan secara terang benderang kepada masyarakat. Apa dampak negatifnya dari digunakannya premium yang harus bisa dibuktikan pemerintah, karena premium sudah digunakan sejak puluhan tahun lamanya oleh rakyat di NKRI," jelasnya.

Sofyan lantas membandingkan dengan beberapa negara lain, yang sampai saat ini masih menggunakan premium. Seperti Amerika Serikat, Rusia dan Mesir. Menurut hematnya, jika premium mempunyai dampak buruk bagi lingkungan, negara-negara tersebut pasti sudah lebih dulu melepas penggunaan premium sejak lama.

BACA JUGA: Jokowi oh Jokowi, di PKPI Diberi Mimbar, di PDIP Cuma Duduk Manis

"Jadi, jika premium dinyatakan sebagai BBM yang tidak ramah lingkungan maka negara besar seperti Amerika, tentunya pasti sudah sejak lama melarang penggunaan premium RON 88, apalagi yang di bawah RON 88. Tapi nyatanya hingga saat ini belum terdengar adanya survei atau penelitian tentang dampak penggunaan premium itu," tukasnya. (chi/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Tugas yang Harus Segera Dilakukan Kapolri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler