jpnn.com - ISYANA Bagoes Oka kini menjalani rutinitas baru sebagai ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bagi mantan presenter televisi itu, bukan langkah mudah untuk meninggalkan dunia jurnalistik yang sudah digeluti lebih dari 10 tahun.
’’Sempat deg-degan juga pas ngirim surat terbuka. Gimana nggak, sejak 2003, jurnalistik adalah dunia yang saya cintai,’’ kata Isyana saat ditemui Jawa Pos di sebuah pusat perbelanjaan akhir pekan lalu.
BACA JUGA: Bu Risma Diundang sebagai Petugas Partai, Ada Apa?
Perempuan kelahiran Jakarta, 13 September 1980, itu menyebutkan, keputusan bergabung dengan PSI merupakan hasil pemikirannya sendiri. Setelah sejak awal tahun sering bertemu dengan ketua umum PSI yang juga mantan koleganya sebagai presenter, Grace Natalie, Isyana mengaku mantap bergabung sesudah melihat ada kecocokan.
’’Di sana anak-anak muda semua, di bawah 45 tahun. Semuanya belum pernah menjadi pengurus partai politik mana pun. Semuanya punya pandangan bagaimana mengusung pemimpin tanpa harus melalui mahar politik,’’ ungkap peraih juara favorit Wajah Femina 2000 itu.
BACA JUGA: Pak Jokowi, Warga Maluku Tak Berharap ke Anda Lagi
Setelah memutuskan untuk bergabung, hal pertama yang dipikirkan Isyana adalah profesinya sebagai jurnalis. Meski saat ini hanya berstatus freelance presenter, dia merasa tidak nyaman jika harus menjalani dua profesi itu sekaligus. ’’Rasanya sudah nggak netral lagi sebagai jurnalis. Karena itu, lebih baik mundur saja,’’ ujarnya.
Selain itu, dukungan keluarga, terutama suami, merupakan faktor yang tidak kalah penting. Isyana mengaku mendapat dukungan penuh dari suaminya, George Albert Tulaar. Bahkan, sang suami mengantar langsung Isyana saat menyerahkan surat terbuka pengunduran dirinya.
BACA JUGA: Ini Sikap Pengusaha Terkait Polemik JHT dan Iuran Pensiun
’’Saya waktu itu sampai ketahuan sama suami kalau deg-degan. Tangan saya sampai dipegang lama. Pegangannya seperti bikin kuat saya. Biasanya nggak begitu,’’ ujarnya.
Kini sebagai ketua DPP PSI, Isyana menyatakan sedang berada dalam tahap pembekalan diri. Dia juga belum mau disebut seorang politikus. Lulusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia itu mengaku masih perlu banyak belajar dan mengingat kembali teori-teori politik yang didapat di bangku kuliah.
Hal itu didapat Isyana setelah PSI beberapa kali mengundang sejumlah pakar politik dan hukum tata negara untuk berdiskusi. ’’Oh, saya dulu kan belajar ini. Tapi, karena nggak pernah didalami, normalnya menjadi lupa. Makanya, sekarang lagi memperbanyak literatur,’’ ungkapnya.
Karena PSI adalah parpol baru, tentu pekerjaan utama adalah membangun struktur kepengurusan hingga daerah. Isyana menyebutkan, PSI saat ini sudah memiliki struktur kepengurusan di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota. Namun, pengurus di tingkat kecamatan masih disusun. ’’Kami belum sampai di tingkat kecamatan. Mudah-mudahan nanti bisa ketemu orang yang sesuai dengan visi kami,’’ ujarnya.
Untuk pengurus, Isyana yakin pada saatnya nanti ada sosok anak muda di daerah yang mau bergabung ke PSI. Hal yang mungkin menjadi ganjalan adalah persoalan kantor kepengurusan di daerah.
Dia mengakui, bukan hal mudah untuk mendirikan kantor partai dari Sabang sampai Merauke. ’’Tapi, di daerah, semangatnya juga luar biasa. Mungkin karena masih anak muda sehingga idealismenya masih tinggi,’’ katanya.
Target PSI adalah bisa mendeklarasikan diri secara resmi sekaligus mendaftarkan kepengurusan di Kementerian Hukum dan HAM pada 2016.
Meski rutinitas di PSI cukup padat, Isyana tidak mengurangi jam aktivitasnya bersama si buah hati. Ibu Gyanendra Frederick Oka Tulaar itu menyebutkan, waktu untuk anak sangat berharga. Kebetulan, PSI merupakan salah satu partai yang ramah terhadap hak perempuan.
’’Misalkan pagi, masih bisa antar anak. Atau seperti si Grace yang masih kasih ASI (air susu ibu) kepada anaknya. Semua bisa paham. Namun, itu tidak menjadi alasan untuk bolos,’’ tegasnya. (bay/c5/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Roy Marten dan Joy Tobing di Kepengurusan Demokrat
Redaktur : Tim Redaksi