Presiden 1 Jam

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kamis, 25 November 2021 – 15:16 WIB
Kamala Harris. REUTERS/Evelyn Hockstein

jpnn.com - Ada dua peristiwa peralihan kekuasaan yang unik pekan ini. Di Amerika Serikat Wakil Presiden Kamala Harris mengambil alih kekuasaan dari Presiden Joe Biden selama satu jam 25 menit pada akhir pekan (20/11).

Sementara itu, di Swedia Magdalena Andersson menjadi perdana menteri hanya beberapa jam saja kemudian mengundurkan diri, Rabu (24/11).

BACA JUGA: Kamala Harris Bikin Gerah, China Kerahkan Media Milik Pemerintah

Dua peristiwa tata negara itu unik karena terjadi hanya dalam selang empat hari, dan sama-sama melibatkan pemimpin wanita.

Kamala Harris adalah perempuan pertama yang menjadi wakil presiden dalam sejarah pemerintahan Amerika, dan Magdalena Andersson adalah perdana menteri pertama dalam sejarah pemerintahan Swedia.

BACA JUGA: Kepemimpinan Joe Biden-Kamala Harris Cerminkan Wajah Baru Amerika Serikat

Kamala Harris mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang menjadi wakil presiden di Amerika Serikat. Dia juga mencatat sejarah sebagai perempuan kulit berwarna pertama yang mencapai kedudukan eksekutif tertinggi di Amerika. Kamala lahir dari pasangan imigran Jamaika, dari garis bapak, dan India dari garis ibu.

Dengan diangkat sebagai presiden kilat selama satu setengah jam, Kamala mencatat sejarah baru sebagai ‘’presiden’’ perempuan pertama di Amerika Serikat. Meskipun hanya satu setengah jam, tetapi Kamala mempunyai kekuasaan dan kewenangan penuh untuk mengendalikan negara.

BACA JUGA: Swedia Larang Vaksin Moderna untuk Warga Kelahiran 1991 ke Atas

Selama satu setengah jam itu Kamala menjadi ‘’commander in chief’’, panglima tertinggi angkatan bersenjata Amerika Serikat dan memegang password rahasia senjata nuklir Amerika.

Jika dalam satu setengah jam itu terjadi situasi darurat-- yang memaksa Amerika harus mempergunakan senjata nuklir--maka keputusan itu ada di tangan Kamala.

Sejak merdeka dari kolonialisme Inggris pada 1776, Amerika belum pernah sekali pun mempunyai pesiden atau wakil presiden perempuan. Bahkan, sepanjang sejarah dua setengah abad itu Amerika belum pernah sekali pun punya calon presiden perempuan.

Tercatat hanya ada dua calon wakil presiden dalam sejarah Amerika, yaitu Geraldine Ferraro dari Partai Demokrat mendampingi capres Walter Mondale pada pilpres 1984, dan Sarah Palin mendampingi capres John McCain dari Partai Republik pada pilpres 2008.

Dua-duanya gagal menang. Pasangan Mondale-Ferraro kalah dari pasangan Ronald Reagan-George Bush dari Partai Repbulik, dan pasangan McCain-Sarah Palin kalah dari pasangan Barrack Obama-Joe Biden dari Partai Demokrat.

Joe Biden akhirnya sekarang menjadi presiden Amerika ke-46 dan mencatat sejarah dengan menggandeng Kamala Harris sebagai wapres terpilih.

Akhir pekan lalu Biden untuk sementara mengalihkan kekuasaannya kepada Kamala, saat dirinya berada di bawah pengaruh obat bius untuk cek kesehatan kolonoskopi rutin. Kantor presiden di Gedung Putih kemudian mengirim surat resmi kepada kongres yang menyatakan pemindahan kekuasaan sementara, dan dikirim pada pukul 10.10 waktu setempat sebelum Biden dibius.

Biden, yang berusia 79 tahun, tiba di Walter Reed Medical Center pada Jumat pagi. Dia menjalani pemeriksaan fisik rutin tahunan pertamanya sejak menjabat sebagai presiden.

Sudah menjadi rutinitas bagi seorang wakil presiden untuk mengambil alih kekuasaan presiden sementara, saat presiden menjalani prosedur medis yang membutuhkan anestesi.

Momen ini juga pernah dilakukan Wakil Presiden AS Dick Cheney pada 2004. Dia beberapa kali mengambil alih kekuasaan ketika Presiden George W. Bush menjalani kolonoskopi rutin. Namun, penunjukan Kamala menjadi penting karena tercatat sebagai rekor sejarah.

Di Swedia peralihan kekuasaan yang unik juga terjadi ketika Perdana Menteri Magdalena Andersson mengundurkan diri dari jabatannya hanya beberapa jam usai dilantik. Andersson adalah perdana menteri perempuan pertama di pemerintahan Swedia yang bersistem kerajaan atau monarki. Publik sempat dilanda euforia atas pengangkatan Andersson, tetapi euforia itu hanya berlangsung beberapa jam saja.

Swedia adalah negara kerajaan penganut sistem monarki konstitusional. Raja menjadi kepala negara dan perdana menteri menjadi kepala pemerintahan yang menjalankan roda kekuasaan rutin. Swedia menerapkan sistem Westminster ala Inggirs. Perdana menteri dipilih dari anggota parlemen dengan kursi mayoritas, baik mayoritas tunggal maupun mayoritas karena koalisi.

Dalam kasus Andersson, Partai Hijau atau Green Party, yang mendukung koalisinya, mundur hanya beberapa jam setelah Andersson dilantik. Keputusan itu diambil Partai Hijau usai parlemen Swedia menolak rancangan anggaran yang diajukan oleh koalisi dua partai tersebut.

Meskipun telah mengundurkan diri, Andersson--yang berasal dari Partai Sosial Demokrat yang dominan di Swedia--berharap bisa kembali ditunjuk sebagai perdana menteri dari pemerintahan partai tunggal. Andersson mengambil jabatan perdana menteri dari Stefan Lovfen, yang juga menjabat sebagai ketua Partai Sosial Demokrat.

Prospek Andersson untuk diangkat kembali cukup besar, karena partai-partai lain menyatakan dukungannya. Partai Hijau menjanjikan dukungan baru terhadap Andersson, sedangkan Partai Tengah (Centre Party), menyatakan abstain. Dalam praktiknya, abstain sama dengan mendukung pencalonan perdana menteri.

Swedia adalah negara paling makmur dan paling aman di dunia. Sama dengan negara-negara tetangganya di wilayah Skandinavia seperti Denmark, Norwegia, Finlandia, dan Islandia, Swedia menerapkan sistem pemerintahan monarki-konstitusional dengan sistem ekonomi sosialis yang sangat berpihak kepada kesejahteraan masyarakat.

Lanskap politik di negara-negara Skandinivia dikuasai oleh kelompok sosialis kiri dan tengah. Partai Sosial Demokrat yang berhaluan sosialis kiri menjadi partai paling dominan di Swedia. Selain itu ada juga partai yang beraliran tengah yang moderat, dan ada juga partai beraliran kiri yang lebih radikal seperti Green Party atau partai hijau. Partai ini banyak didukung oleh aktivis lingkungan yang biasanya berideologi kiri.

Model politik negara-negara Skandinavia ini sama dengan Jerman yang juga didominasi oleh Partai Sosial Demokrat. Di negara-negara Skandinavia, partai-partai liberal kiri dan partai konservatif kanan—seperti Partai Republik dan Partai Demokrat di Amerika—tidak mendapat dukungan rakyat.

Amerika Serikat dan Swedia adalah potret dua negara Barat modern yang sama-sama maju, tetapi menempuh jalur poitik dan ekonomi yang berbeda. Amerika menempuh jalan politik liberal dan konservatif yang ekstrem, sedangkan Swedia mengambil jalan kiri tengah yang moderat.

Ekonomi Amerika Serikat dibangun dengan sistem neo-liberal yang juga ekstrem. Baik Partai Demokrat maupun Partai Republik sama-sama ekstrem dalam kebijakan ekonominya. Dua-duanya sama-sama pro-pasar dan pro-modal besar dalam persaingan free hand yang tak mengenal batas.

Model pembangunan ekonomi Amerika yang liberalistik-kapitalistik ini menjadi model pembangunan yang dipaksakan ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Padahal di Eropa model pembangunan ekonomi Amerika tidak laku.

Hanya Inggris yang menjadi penganut setia Amerika. Negara-negara Eropa lainnya lebih menganut sistem sosial demokrat dengan pendekatan ‘’walfare state’’, negara kesejahteraan, yang lebih peduli terhadap kesejahteraan rakyat.

Negara-negara Skandinavia terkenal dengan sistem ekonomi yang menjadikan koperasi sebagai poros kekuatan. Dengan sistem itu negara-negara Skandinavia sukses menjadi negara dengan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran paling tinggi di dunia.

Para founding fathers Indonesia sudah meletakkan dasar-dasar ekonomi dengan menjadikan koperasi sebagai saka guru. Mohammad Hatta sudah meletakkan dasar-dasar pembangunan ekonomi nasional berdasarakan prinsip kesejahteraan bersama melalui koperasi, yang lebih sesuai dengan kultur bangsa Indonesia.

Sistem ekonomi kesejahteraan welfare state ini terbukti sukses di Eropa dan Skandinavia. Kisah sukses Swedia dan negara-negara sekitarnya menjadi bukti yang tidak terbantahkan. Namun, sayang, Indonesia lebih kesengsem dengan model pembangunan neo-liberal persaingan gorok leher ala Amerika.

Seharusnya Indonesia meniru langkah Swedia, bukan mengekor ke Amerika. (*)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler