jpnn.com, JAKARTA - Presiden Jokowi menyebut kondisi perekonomian dunia, termasuk Indonesia, tengah mengalami penurunan.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi meminta jajarannya membelanjakan anggaran secepatnya, memotong regulasi yang tak perlu, dan bekerja dengan maksimal.
BACA JUGA: Jokowi juga Kesal kepada Prabowo, Jenderal Idham Azis, Nadiem
"Karena saya merasakan ini mengerikan loh. Bukan hal yang biasa, ini mengerikan. Kepala negara yang saya telepon, hampir semua saya telepon mengatakan hal yang sama. Dari waktu ke waktu prediksi ekonomi dunia juga tidak semakin baik, semakin buruk," kata Jokowi dalam rapat terbatas tentang Percepatan Penyerapan Anggaran di 6 Kementerian dan Lembaga di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (7/7).
Jokowi menginginkan para menteri mengganti cara bekerja yang biasa-biasa saja, menjadi bekerja luar biasa. Cara kerja yang sebelumnya rumit, menjadi bekerja dengan cepat dan sederhana.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Panas Lagi, Heran Para Menteri Seolah-Olah Ikut Cuti Kerja saat Pandemi Covid-19
"Dari cara yang SOP normal, kita harus ganti chanel ke SOP yang shortcut. SOP yang smart-shortcut," kata Jokowi.
Mengenai caranya, Jokowi menilai para menteri sudah lebih tahu dibanding dirinya.
BACA JUGA: 10 Kesepakatan Raker di DPR terkait Guru Honorer dan PPPK, Mantap!
"Dulu ngomong dunia, global ekonomi growth-nya akan minus 2,5 persen. Ganti lagi ke minus 5 persen. Terakhir, OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, red) bahkan -6 sampai -7,6 persen, coba! Berubah terus. Loh, kalau kita tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh, bahaya banget," kata Jokowi.
Jokowi juga melihat belanja yang dilakukan para menteri biasa-biasa saja.
Jokowi memandang tidak ada percepatan. Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus merosot saat ini.
"Perlu saya sampaikan di kuartal pertama, pertumbuhan kita 2,97 persen, dari yang biasanya 5. Meskipun angka yang kuartal kedua belum keluar, tetapi kelihatan sekali ada penurunan demand, ada penurunan supply, ada penurunan produksi. Terganggu dan rusak semuanya. Dari demand, supply, production, semuanya terganggu dan rusak," jelas dia. (tan/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga