Presiden Jokowi: Pelaku Usaha Harus Optimistis

Jumat, 13 Januari 2017 – 14:12 WIB
Presiden Jokowi. Foto dok JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan rasa syukur karena pertumbunuhan ekonomi Indonesia masih bisa dikatakan baik di tengah melambatnya ekonomi global.

Apalagi adanya ketidakpastian ekonomi dunia pada 2015 akibat krisis di Yunani, Brexit (British Exit), penurunan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, dan ketidakpastian karena terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

BACA JUGA: Pemerintahan Jokowi-JK Dalam Posisi Lampu Kuning

Bagusnya perumbuhan ekonomi 2016 tersebut setidaknya didasarkan pada data sementara untuk triwulan satu, dua dan tiga yang telah diperoleh oleh Presiden Jokowi. Sedangkan data triwulan empat belum diterimanya.

“Tetapi paling tidak pada triwulan yang kedua dan ketiga 5,18 dan 5,02 adalah sebuah angka yang patut kita syukuri,” kata Presiden Jokowi saat mengawali pidatonya pada acara Pertemuan Awal Tahun Pelaku Industri Keuangan, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/1).

BACA JUGA: Megawati: Jangan Menindas Rakyat dengan Kekuasaan

Karena itu, Presiden Jokowi berharap pada tahun 2017 ini tidak ada kata pesimis. Kesulitan serta tantangan sebanyak apapun, kata Presiden, harus dihadapi dengan rasa optimisme.

“Ini masalah psikologis. Dunia juga sama, kalau pemimpin-pemimpinnya tidak memberikan rasa optimis bagaimana rakyatnya,” ujar mantan gubernur DKI Jakarta itu.

BACA JUGA: Gelak Tawa Presiden Jokowi dan Para Santri

Bila dibandingkan dengan negara-negara lain terutama G-20, kata Jokowi, Indonesia masih berada pada urutan yang ke-3 setelah India dan Tiongkok. Artinya, itu posisi yang sangat baik. Namun demikian, dia mengingatkan agar perbaikan harus terus dilakukan.

Terkait inflasi, presiden meminta supaya angka-angkanya disampaikan kepada rakyat untuk menguatkan rasa optimisme bahwa fundamental ekonomi Indonesia adalah baik.

Pada tahun 2016, inflasi berada di angka 3,35. Sebelumnya, pada tahun-tahun yang lalu, angka inflasi angkanya 8 sampai 9 persen.

“Tahun ini, sudah bisa kita injak sampai dengan 3,35. Ini juga bukan angka yang mudah diperoleh,” tegas Jokowi.

Adapun angka-angka yang berkaitan gini ratio, lanjutnya, posisi Indonesia pada warna kuning menuju merah.

Ia menyebutkan, lebih dari 14 tahun, gini ratio Indonesia naik terus, yang terakhir 0,41. “Tapi Alhamdulillah tahun kemarin bisa diturunkan menjadi 0,397. Turunnya sedikit, tapi turun jangan naik,” sebutnya.

Angka kesenjangan itu, dinilai Presiden Jokowi menjadi tantangan terberat. Untuk itu, dia meminta para pelaku industri keuangan dan juga semuanya berkepentingan untuk memperkecil gap ini, gap antar wilayah, dan gap antara kaya dan miskin.

Presiden berharap posisi kesenjangan ini diperbaiki. Kesenjangan kaya dengan miskin, kesenjangan wilayah. “Hati-hati ini tantangan terberat kita ada di sini,” tegas Presiden.

Presiden juga menyinggung angka pertumbuhan kredit. Dia berpesan agar seluruh industri jasa keuangan terutama perbankan agar betul-betul melihat pertumbuhan kredit. Pada 2015, sebagaimana disampaikan Ketua OJK Muliaman Hadad, angkanya 9 persen. Lalu pada 2016 turun sedikit menjadi 8,14 persen. Sementara 2017 ditargetkan bisa tumbuh 8-12 persen.

“Angka pertumbuhan kredit itu hati-hati. Tolong, saya minta arahkan kepada usaha-usaha kecil, arahkan kepada usaha-usaha mikro, arahkan kepada nelayan untuk sisi produktif, arahkan kepada petani untuk sisi-sisi produktif bukan konsumtif,” pesan Presiden.

Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Menko Perekonomian Darmin Nasution, Ketua OJK Muliaman Hadad, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menkominfo Rudiantara, dan Ketua KPK Agus Rahardjo.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Wiji Thukul: Jokowi Orang Baik


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler