jpnn.com, HONG KONG - Serah terima kedaulatan Hong Kong berakhir dengan kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke pos pemeriksaan Jembatan Hongkong-Zhuhai-Makau, Sabtu (1/7) kemarin. Setelah itu, pemimpin 62 tahun tersebut meninggalkan Hong Kong. Begitu lawatan dinas Xi berakhir, ribuan massa prodemokrasi ganti beraksi.
Menjelang sore, massa menduduki Victoria Park, Causeway Bay, yang berjarak sekitar tiga 3 kilometer dari HKCEC. Mereka menuntut Beijing mengakui hak politik warga Hong Kong. Selama ini, masyarakat Hong Kong memang boleh memilih wakil mereka di pemerintahan. Tapi, pada akhirnya, Beijing-lah yang menetapkan siapa-siapa saja yang berhak duduk di parlemen. Juga, duduk di kursi pemimpin eksekutif.
BACA JUGA: Xi Jinping: Hong Kong Selalu Ada di Hati Saya
”Ini adalah unjuk rasa yang isi pesannya paling mendesak sepanjang dua dekade terakhir,” kata Eddie Chu, salah seorang politikus Hong Kong yang bergabung dengan lautan massa prodemokrasi sambil membawa payung berwarna kuning. Sejak Umbrella Movement sukses mencuri perhatian dunia pada 2014, payung warna kuning menjadi lambang demokrasi Hong Kong.
Karena itulah, payung juga menjadi salah satu benda yang tidak boleh dibawa jurnalis maupun penggembira yang menyaksikan parade militer Jumat lalu (30/7). Kemarin para demonstran mengusung spanduk dengan slogan-slogan anti-Beijing. Salah satunya bertulisan Partai Komunis Tiongkok, aturan satu partai. Itu merupakan sindiran terhadap formula satu negara dua sistem yang melandasi pemerintahan Hong Kong.
BACA JUGA: Syahrini Ingin Boyong Keluarga Lebaran di Hong Kong
Dalam unjuk rasa yang diikuti sekitar 60.000 orang itu, terlihat Lam Wing-kee berorasi. Dia adalah satu di antara lima penjual buku yang dilaporkan hilang pada 2015 dan belakangan diketahui telah ditangkap dan ditawan Beijing. Meski diguyur hujan deras, Lam terlihat berapi-api menyampaikan aspirasinya. Dia mendesak Beijing memberikan hak politik penuh kepada masyarakat Hong Kong.
Bentrok kecil mewarnai aksi protes dengan jumlah massa lebih kecil di sekitar HKCEC saat acara peringatan berlangsung. Sekitar 100 polisi langsung mendatangi massa yang dianggap brutal setelah bertemu massa pro-Beijing di lokasi yang sama. Aparat langsung membekuk sembilan aktivis demokrasi. Termasuk Joshua Wong dan Leung Kwok-hung yang juga dikenal sebagai politikus gondrong.
BACA JUGA: Ditjen Pajak Bisa Akses Data Keuangan WNI di Hong Kong
Namun, penahanan tidak berlangsung lama. Sama halnya dengan penahanan terhadap beberapa aktivis beberapa hari yang lalu. Setelah menjalani interogasi, para aktivis itu dibebaskan. Unjuk rasa prodemokrasi menjadi agenda rutin Joshua dan kelompoknya pada 1 Juli. Sebab, saat itulah dunia menyoroti Hong Kong dan suara kaum prodemokrasi bisa lebih didengar. (reuters/bbc/hep/c17/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Upayakan Peningkatan Perlindungan BMI di Hong Kong
Redaktur & Reporter : Adek