jpnn.com, PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan perang melawan "separatisme islamis" yang menurutnya tumbuh subur di sejumlah komunitas muslim negara tersebut. Dia berencana mengajukan rancangan undang-undang baru untuk mengatasi masalah tersebut.
"Yang perlu kita lawan adalah separatisme Islamis," kata Macron saat berkunjung ke Les Mureaux, wilayah permukiman kelas bawah di pinggiran Paris, Jumat (2/10).
BACA JUGA: Turki Makin Meresahkan, Yunani Borong Jet Tempur Prancis
Prancis menganut sebuah paham sekularisme ketat yang dirancang untuk memisahkan agama dan kehidupan publik.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, hasrat untuk mengekspresikan identitas agama terus menguat di kalangan umat Islam negara tersebut.
BACA JUGA: Majalah Prancis Charlie Hebdo Kembali Terbitkan Kartun Nabi Muhammad
Beberapa komunitas muslim pun mulai menerapkan peraturan yang didasari ajaran Islam, seperti memberlakukan slot waktu berbeda untuk pria dan wanita di kolam renang publik atau mewajibkan anak perempuan mengenakan cadar.
Selain itu, beberapa komunitas juga mendirikan madrasah yang tidak menerapkan kurikulum Prancis.
BACA JUGA: Ngeri! Jumlah Pemain Bola Positif COVID-19 di Prancis Terus Bertambah
Bagi Macron, perilaku komunitas muslim tersebut merupakan masalah besar. "Masalah muncul ketika sebagian orang mengklaim hukumnya sendiri lebih tinggi dari hukum Republik," ujar dia.
Macron mengatakan, RUU untuk menangani separatisme Islamis akan disampaikan ke parlemen awal tahun depan.
RUU tersebut, antara lain, akan membatasi home schooling untuk menghindari anak-anak diindoktrinasi di sekolah tak terdaftar yang menyimpang dari kurikulum nasional.
Pemisahan antara laki-laki dan perempuan di kafetaria sekolah atau kolam renang juga akan dilarang.
UU baru tersebut juga melarang imam dari negara asing melatih para ulama di Prancis dan akan ada kontrol yang lebih ketat atas pembiayaan masjid.
Di sisi lain, Macron berjanji mendorong pengajaran bahasa Arab di kalangan Muslim serta mendirikan sebuah institut islamologi.
Lebih lanjut Macron menegaskan bahwa Islam dan islamisme radikal tidak boleh disamakan. Dia pun bertekad membangun Islam yang mencerahkan di Prancis.
Prancis adalah salah satu negara Eropa yang paling sering menjadi target aksi teror.
Selama lima tahun terakhir, lebih dari 250 orang di Prancis tewas akibat serangan organisasi teror atau individu yang terinspirasi oleh kelompok-kelompok garis keras. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil