JAKARTA - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan ia telah mendapat laporan langsung bahwa tim investigasi TNI mengungkap pelaku penyerangan di Lapas KlasIIB Cebongan, Sleman. Meski menyayangkan aksi brutal para oknum Kopassus itu, Presiden juga mengapresiasi tindakan mereka yang mau mengaku perbuatan tersebut.
"Mereka melakukan tindakan itu juga tidak kita benarkan. Tapi saya juga mendapat laporan para prajurit yang melakukan tindakan itu tampil secara bertanggungjawab, kesatria, dan siap mendapatkan sanksi hukum apapun. Demikian juga para komandan akan ikut bertanggungjawab semuanya. Bagi saya itu melegakan, itu sifat kesatria," ujar SBY saat ditemui usai Sholat Jumat di kompleks Istana Negara, Jumat (5/4).
Presiden mengaku memahami bahwa 11 oknum anggota Kopassus itu melakukan demikian karena ada jiwa korsa yang mereka miliki ketika salah satu rekannya dibunuh oleh pihak luar. Namun, ia menegaskan, apapun alasannya, tindakan 11 oknum itu sangat tidak dibenarkan.
"Meskipun saya tahu mengapa ada tindakan itu. Itu lah awal dari jiwa korsa dan perlakuan yang luar biasa sadisnya itu yang membakar emosi mereka. Tetapi bagaimanapun ini tindakan main hakim sendiri itu. Itu tidak dibenarkan dalam negara hukum," tegas Presiden.
Presiden berharap penegakan hukum atas kasus ini dapat dijalankan sesuai prosedur. Pihak TNI, kata dia, juga harus memetik pelajaran dari adanya peristiwa ini.
"Saya mendukung langkah-langkah jajaran TNI, utamanya TNI AD dan kepolisian untuk menegakkan hukum dan keadilan sebenar-benarnya. Dan saya minta dukungan masyarakat luar, berikan kesempatan ruang kepada mereka untuk bekerja secara profesional," pungkas SBY.
Sebutan ksatria pada oknum Kopassus ini tentunya bertolak belakang dengan pandangan publik. Pasalnya, menurut Tim Investigasi TNI menyebut para pelaku bahkan sudah mengakui perbuatannya sehari setelah kejadian penembakan 4 tahanan 23 Maret lalu. Namun, fakta ini baru diungkap TNI pada 4 April kemarin. Sebelumnya, TNI termasuk jajaran Kopassus membantah terlibat aksi tersebut. (flo/jpnn)
"Mereka melakukan tindakan itu juga tidak kita benarkan. Tapi saya juga mendapat laporan para prajurit yang melakukan tindakan itu tampil secara bertanggungjawab, kesatria, dan siap mendapatkan sanksi hukum apapun. Demikian juga para komandan akan ikut bertanggungjawab semuanya. Bagi saya itu melegakan, itu sifat kesatria," ujar SBY saat ditemui usai Sholat Jumat di kompleks Istana Negara, Jumat (5/4).
Presiden mengaku memahami bahwa 11 oknum anggota Kopassus itu melakukan demikian karena ada jiwa korsa yang mereka miliki ketika salah satu rekannya dibunuh oleh pihak luar. Namun, ia menegaskan, apapun alasannya, tindakan 11 oknum itu sangat tidak dibenarkan.
"Meskipun saya tahu mengapa ada tindakan itu. Itu lah awal dari jiwa korsa dan perlakuan yang luar biasa sadisnya itu yang membakar emosi mereka. Tetapi bagaimanapun ini tindakan main hakim sendiri itu. Itu tidak dibenarkan dalam negara hukum," tegas Presiden.
Presiden berharap penegakan hukum atas kasus ini dapat dijalankan sesuai prosedur. Pihak TNI, kata dia, juga harus memetik pelajaran dari adanya peristiwa ini.
"Saya mendukung langkah-langkah jajaran TNI, utamanya TNI AD dan kepolisian untuk menegakkan hukum dan keadilan sebenar-benarnya. Dan saya minta dukungan masyarakat luar, berikan kesempatan ruang kepada mereka untuk bekerja secara profesional," pungkas SBY.
Sebutan ksatria pada oknum Kopassus ini tentunya bertolak belakang dengan pandangan publik. Pasalnya, menurut Tim Investigasi TNI menyebut para pelaku bahkan sudah mengakui perbuatannya sehari setelah kejadian penembakan 4 tahanan 23 Maret lalu. Namun, fakta ini baru diungkap TNI pada 4 April kemarin. Sebelumnya, TNI termasuk jajaran Kopassus membantah terlibat aksi tersebut. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Menpora Dorong Hambalang Segera Disidang
Redaktur : Tim Redaksi